Lihat ke Halaman Asli

Yang Tak Kenal Jalan

Diperbarui: 4 Maret 2022   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Jiwa serupa gundukan salju di utara
Sedang, raga serupa tebing-tebing di neraka
Aku lumpuh dan mencair, berserak dan rapuh
Lalu angin perlahan membawaku
Membuat tiada, lalu melahirkanku
Lagi ...
Lagi.


Aku laksana bahtera Nuh. Dan juga, kau?
Yang mengarungi banjir bandang, sedang,
Yang kuarungi lebih luas dan mengerikan
Terombang-ambing dalam ketidaktahuan, ketidakberdayaan, dan tangis yang mulai mengering
Dan juga, kau?

Terbentang air dari ujung ke ujung
Aku tersesat di tengah samudra yang biru
Yang tak memiliki jalan, namun menuntunku sesat di perjalanan
Lagi ...
Dan lagi.
Bagai paus yang menggonggong kesepian
Jiwaku menangis dalam keheningan
Sampai kemudian badai itu tiba
Aku sedang dan masih belum menemukan jalannya
Aku berada di sepertiga, bertanya-tanya hendak ke mana
Tapi badai sudah lebih dulu menemukanku, meremukkanku,
Aku tinggallah cerita bagi kaum di langit,
Seperti halnya bahtera Nuh bagi umat manusia.

Sancang, 04 Maret 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline