Mungkin kita ingat peristiwa dua tahun lalu, dimana seorang pendakwah Indonesia yang ingin berlibur ke negara tetangga, Singapira, ternyata dia ditolak oleh negara itu. Dari peristiwa itu, saya tak perlu menyebutkan nama, namun semua orang akan paham soal itu.
Alasan penolakan tersebut karena Singapura menilai bahwa ulama tersebut dinilai tidak cocok dengan kondisi Singapura. Media internasional BBC menulis bahwa pemerintah Singapura menilai ybs membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, dengan menyebut bahwa simbol agama lain sebagai tempat tinggal setan. Yang bersangkutan dalam setiap dakwahnya juga kerap menyebut non muslim sebagai kafir. Tidak berhenti sampai di situ, pemerintah Singapura juga mengatakan bahwa seorang pemuda Singapura berumur 17 tahun telah ditangkap karena disinyalir telah berdiat melakukan bom bunuh diri setelah mendengar dakwah dari ulama tersebut.
Penolakan itu menimbulkan kehebohan terutama pada masyarakat kita, karena menilai bahwa pemerintah Singapura terlalu berlebihan memperlakukan ulama tersebut. Beberapa tokoh lainnya menilai bahwa kita seharusnya belajar dari Singapura soal standar intoleransi dan ujaran kebencian yang dilakukan oleh siapapun termasuk oleh ulama.
Saat itu salah satu staf khusus Menteri Agama RI, memberikan reaksi atas peristiwa itu dengan mengatakan bahwa para ulama harus menjaga dan berhati-hati dalam mendakwah baik melakukan kegiatan keagamaan atau menyampaikan pandangan-pandangan keagamaan, khususnya terkait kehidupan berbangsa. Artinya apa yang disampaikan pada dakwah itu harus juga diselaraskan dengan komitmen kebangsaan.
Pendakwah atau imam dalam agama non muslim (tokoh agama) memang punya peran penting dalam masyarakat. Dia akan selalu menjadi tempat bertanya umat dalam beberapa hal. Sehingga tokoh agama harus punya pertimbangan yang cukup bijak untuk menyampaikan pandangan-pandangan keagamaannya, apalagi negara kita adalah negara dengan keberagaman yang kompleks sehingga toleransi yang akhirnya menciptakan kerukunan bisa terjaga.
Seperti negara-negara Asia Tenggara umumnya, negara seperti Indoensia, Singapura dan Malaysia memang punya penduduk dengan keberagaman yang cukup tinggi., karena posisinya di amsa lalu adalah tujuan dari perdanganan global dari timur tengah dan india. Sebenarnya Indoensialah yang punya keberagaman tertinggi, hanya saja, memang mayoritas penduduknya adalah muslim.
Dengan begitu tidak bisa dielakkan lagi bahwa pendakwah harus menjaga relevansi dakwah dengan merawat keberagaman di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H