Lihat ke Halaman Asli

riska nuraini

suka menolong orang

Negara Perlu Tegas Terhadap Ormas Radikal

Diperbarui: 8 Juni 2022   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas megapolitan

Munculnya Khilafatul Muslimin beberapa minggu lalu dengan beredarnya video konvoi motor dengan tulusan mencolok soal khilafah di Indonesia menggegerkan publik Indonesia. Segera setelah itu pimpinan Khilafatul Muslimin yaitu Abdul Qodir Baraja yang sudah berusia sepuh ditangkap di daerah lampung.

Abdul Qodir Baraja ternyata bukan orang baru di dunia terorisme. Dia pernah ditahan karena kasus terorisme pada tahun 1979 an dan pernah terlibat pada pengeboman Candi Borobudur pada tahun 1985. Orgnisasi yang dipimpinnya memang terdaftar di Kemenkumham sebagai yayasan, namun kegiatannya sangat bertentangan dengan Pancasila. Padahal menurut penyelidikan awal aparat keamanan,  uang yang dikelola oleh khilafatul Muslimin cukup besar sehingga memang  harus ada penyelidikan yang lebih serius dan dalam.

Melihat banyaknya organisasi yang berkecimpung dengan dunia radikalisme dan terorisme. Kita tahu organisasi radikal seperti HTI dengan percaya diri keluar dari "dalam tanah" usai Orde Baru runtuh. Orde Baru memang sangat ketat mengawasi kegiatan masyarakat termasuk ormas keagamaan. Aura represi (menekan/ ditekan) memnag amat kental pada saat Orde Baru.

Peristiwa HTI yang keluar dari dalam tanah itu memungkinkan karena masa reformasi yang membawa aura demokrasi dan keterbukaan. Sehingga semua mengatasnamakan demokrasi termasuk faham transnasional yang diusung oleh HTI. Kegiatan mereka sangat banyak dan kebanyakan eksklusif diikuti oleh anggotanya yang membesar.

Umumnya mereka menyasar sektor pendidikan dengan merekrut mahasiswa baru (Maba) dalam ekstra kulikuler tertentu. Alih-alih pendalaman agama, namun ternyata para anggota ormas itu mengajarkan faham transnasional yang identik dengan faham radikal yang bertentangan dengan landasan negara kita, Pancasila.

20 tahun kemudian, para mahasiswa baru ini kemudian menjadi senior pengajar atau dosen , atau pejabat publik yang memiliki kekuasaan dalam pekerjaannya. Mereka ini kemudian banyak mensupport kegiatan radikal yang bertentangan dengan NKRI.

Mungkin kita bisa lihat hal ini pada dosen IPB yang punya bom rakitan yang akan diledakkan di jalanan Jakarta. Begitu juga Dita keluarganya yang pernah mendapat paparan radikal saat mahasiswa dan membawa faham radikal itu ke keluarganya.

Panjang dan banyaknya pengaruh dari paparan radikal dalam masyarakat, seharusnya membuat kita semua prihatin, apalagi mereka dengan berani menunjukkan dukungan mereka soal negara menurut syariat Islam seperti kekhilafahan seperti ISIS. Padahal ISIS sendiri gagal didirikan karena banyak kalangan muslim dunia tidak setuju dengan hal itu. Ide seperti itu tidak cocok dengan kondisi modern saat ini karena malah akan membawa pertikaian atau kekerasan.

Panjang dan banyaknya pengaruh itu membuat kita termasuk Negara harus tegas soal penyebaran faham radikal itu. Ketegasan ini bisa berupa regulasi atau yang lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline