Lihat ke Halaman Asli

riska nuraini

suka menolong orang

Memastikan Rasa Aman di Negeri Merdeka

Diperbarui: 15 Agustus 2016   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika melihat beberapa bulan ke belakang. Beberapa negara terus diguncang teror bom. Di Belgia, Perancis, Turki, hingga Arab Saudi. Bahkan, Iraq dan Syuriah yang menjadi basis massa ISIS, juga menjadi sasaran bom. Di akhir bulan puasa, Indonesia kembali diguncang bom di Solo, paska serangan teroris di kawasan Thamrin awal 2016 lalu. Serangan jaringan terorisme internasional ini, memang tidak bisa dianggap remeh. Harus terus diwaspadai, agar penyebarannya tidak terus menyebar.

Seperti kita ketahui, ISIS terus tertekan. Satu persatu para petingginya mulai terbunuh dalam beberapa kali baku tembak. Karena itulah, mereka berkali-kali melontarkan ancaman, untuk mengirim para simpatisannya ke Eropa, untuk melakukan aksi bom bunuh diri. Ancaman serupa, juga terjadi di Indonesia paska tertembaknya Santoso, pimpinan majelis mujahidin Indonesia Timur. Sempat beredar kabar di sosial media, beberapa kota besar di Indonesia, termasuk di Jakarta akan kembali menjadi sasaran ledakan bom.

Paska ledakan bom bunuh diri di Polres Surakarta, pada akhir bulan Ramadan kemarin, memang belum ada ancaman bom di Indonesia. Namun bukan berarti Indonesia aman. Potensinya terjadinya ledakan masih mungkin terjadi. Kelompok Bahrunnaim, pemuda yang diduga masih berada di Syuriah ini, beberapa kali terus menggerakkan anak buahnya di Indonesia. Paska ledakan bom Thamrin, yang diduga dilakukan oleh kelompok Bahrunnaim, beberapa pekan kemarin, polisi berhasil menangkap jaringan Bahrun di Batam, yang diduga akan meledakkan Singapura.

Mari kita pastikan negeri kita aman, dan bebas dari perilaku radikalisme dan terorisme. Bagaimana caranya? Saat ini kelompok radikal dan teroris, seringkali menggunakan sosial media untuk menciptakan suasana teror dan tidak aman. Mereka sering melontarkan ancaman bom, video pemenggalan orang, hingga propaganda yang bernuansa kebencian. Tidak hanya itu, untuk menarik simpatik, mereka juga seringkali menggunakan istilah Islam, seperti jihad dan syahid. Padahal dua istilah tersebut, jihad dan syahid seringkali disalahartikan oleh mereka.

Tidak hanya dunia maya, dalam kehidupan sehari-hari kelompok ini nampaknya masih ada, meski jumlahnya tidak signifikan. Namun ingat, beberapa tempat vital mencoba mereka susupi. Sebut saja seperti pendidikan anak usia dini (PAUD), SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Bahkan pesantren yang dikenali sebagai tempat untuk memperdalam ilmu agama, beberapa juga terindikasi pernah mengajarkan ajaran radikalisme. Jika hal ini terus dibiarkan, tentu akan menjadi ancaman yang mematikan bagi negeri kita. Bom itu tidak hanya secara fisik, tapi juga secara ideologis.

Satu hal lagi yang perlu diingat, memastikan rasa aman adalah tugas kita sebagai warga negara. Dulu kita mengenal siskamling atau sistem keamanan keliling, untuk memastikan lingkungan kita aman dan bebas dari ancaman. Siskamling juga mampu merekatkan tali silaturahmi antar sesama. Dulu masyarakat kita juga aktif melakukan gotong royong. Perilaku ini dipercaya mampu meningkatkan hubungan antar manusia secara sehat. Selain dituntut untuk saling peduli, perilaku gotong royong juga akan meningkatkan upaya untuk saling membantu antar sesama.

Nah..mari kita jadikan hari kemerdekaan Indonesia ke 71 tahun ini, sebagai momentum untuk kembali memastikan bahwa negeri kita bebas dari pengaruh radikalisme dan terorisme. Mari kita ciptakan suasana aman, agar masyarakat tenteram dan tenang dalam melakukan berbagai aktifitasnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline