Lihat ke Halaman Asli

Nenek Itu Harus Rela Jalan Kaki.. Inilah Akibat dari Kenaikan Harga BBM

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini jumat 22 November 2014, tiga hari setelah presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pagi – pagi tepat jam 7 kurang 15 menit aku sudah siap jalan untuk memenuhi janjiku kepada teman, mengantarnya ke sekolah tempat ia melaksanakan tugasnya, yaitu memberikan penyuluhan kesehatan kepada pelajar SMA. Tepatnya di SMA negeri 2 Kendari yang terletak di Andonuhu. Maka dengan terus bertanya-tanya dalam hati sambil menunggu angkot yang lewat. “Berapa ya sewa angkot sekarang setelah BBM naik?” tanyaku dalam hati. Ya jika BBM naik maka harga – harga yang lain juga ikut naik. Baik itu harga bahan- bahan pokok sampai sewa angkot. Datanglah angkot lalu berhenti di didepanku. Saya naik, kemudian duduk bagian paling pinggir, dengan alasan supaya saya mudah turun nantinya. Aku menoleh ke samping ternyata sudah ada pengumuman yang ditempel di mobil tersebut, keputusan pemerintah kota kendari bahwa sewa mobil untuk umum 5000 dan untuk pelajar/mahasiswa 3200. Berarti kurang lebih 1000 rupiah yang naik. Aku langsung mempersiapkan uangku. Karena saya akan turun dan berganti mobil lagi, berhubung ke SMA yang saya tuju harus naik dua mobil yang berbeda. Saya sudah janji dengan temanku bertemu di tempat pemberhentian mobil pertama.

Setelah tiba di mobil yang kedua, suasananya cukup sesak, namun saya dengan temanku tetap naik. Di perjalanan kami, ada penumpang seorang nenek memakai baju berwarna merah jambu dan celana hijau. Beliau naik dan memilih untuk duduk di depan pintu, persis sebagai kondektur. Walaupun sebenarnya tempat duduk masih ada yang kosong. Saya kasihan juga melihatnya, saya berpikir mungkin karena tempat yang ia tuju tidak terlalu jauh maka ia lebih memilih untuk duduk di situ. Ternyata benar, tidak lama kemudian nenek tersebut turun lalu memberikan sewanya kepada supir, saya kira supir tersebut tidak akan ambil uangnya. Ternyata di ambil, “yaa kenapa di ambil, kasihan nenek- nenek dia hanya duduk di tempat kondektur, tidak jauh juga tempatnya turun, mending dikasi gratis saja” gumamku dalam hati. Namanya juga supir angkot, mana mau kasi gratis orang, Apalagi BBM naik, semua sudah harus perhitungan.

Baiklah kini giliran saya bersama teman saya untuk turun, karena tempat yang kami tuju sudah di depan mata. Kami pun turun dan langsung masuk kedalam sekolah. Karena saya datang hanya untuk mengantar temanku, setelah temanku masuk dalam sekolah dan bertemu dengan teman-teman kelompoknya yang lain, saya langsung pamit untuk pulang. Saya keluar gerbang sekolah dan menunggu angkot ditempat saya turun tadi. Tak berselang lama angkot yang saya tunggu datang. Saya langsung naik, saya kaget. Saya bertemu lagi dengan nenek yang saya liat diangkot tadi. Saya tetap duduk. Diam. Tak berapa lama, beliau menghentikan mobil depan sebuah warung. Rupanya beliau sedang mencari warung ada yang ia mau beli. Mungkin di warung pertama tadi, ia tidak menemukan barang yang ia mau. Maka turunlah ia dari angkot, kemudian memasukkan tangannya kedalam saku baju, dan mendapatkan uang 5000-an, ia langsung memberikannya kepada pak sopir sambil berkata , “bisa tunggu pak?” Pintanya kepada pak supir. “Oh tidak bisa saya mau jalan ini,” kata Pak supir itu dengan nada sedikit angkuh. Pak sopir mengambilnya dan langsung menjalankan mobilnya. Nenek tersebut langsung menahannya. Ternyata dia menunggu kembalian dari uangnya. Rupanya ia belum tahu kalau sewa angkot sudah naik. Sambil memeriksa kantungnya, ia tidak menemukan uang lagi. Uangnya sudah habis. Mungkin uang yang di bawa pas – pasan dengan memperhitungkan 1 kali naik mobil saja, dengan sewa angkot seperti biasa ( sebelum naik BBM). “Saya minta maaf, kembalikan uangku seribu, sudah tidak ada uangku, kembalikan saja seribu nanti saya jalan kaki pulangnya?” Kata nenek itu dengan raut wajah sedih bercampur putus asa. Mungkin karena ia sudah tidak punya uang lagi untuk membayar barang yang akan ia beli di warung itu, karena sudah di sewakan mobil dua kali di tambah lagi sewa angkot naik karena kenaikan BBM.

Miris. Sedih. Sakit rasanya, melihat kejadian ini. Kenaikan BBM yang katanya mengalihkan subsidi BBM kepada sektor produktif, akan banyak infrastruktur, perlindungan kesejehteraan masyarakat kurang mampu dan Pembangunan pembangkit listrik yang bisa dibangun. Hal ini dilakukan dalam rangka menyejahterakan rakyat. Omong kosong. Yang terjadi justru sebaliknya. Kebijakan pemerintah yang menaikan BBM akan berdampak melonjaknya harga –harga dan semakin menyusahkan warga yang mempunyai ekonomi lemah. Para pejabat bersenang-senang dengan mobil dinas mereka, yang katanya dipakai untuk bekerja demi rakyat. Bohong. Yang ada juga rakyat semakin menderita. Kebijakan penguasa yang dzolim membiarkan tubuh yang sudah tua itu jalan kaki karena sudah tidak ada uang lagi untuk sewa mobil. Sangat menyedihkan. Itulah saya muak dengan dengan pemerintah yang selalu bawa- bawa nama rakyat ketika kampanye pemilihan. Setelah dipilih dan menduduki suatu jabatan. Mereka melupakan janji – janjinya.

Inilah akibatnya jika kita masih menggunakan sistem demokrasi. Sistem yang menggunakan aturan buatan manusia sendiri. Sehingga tidak heran mereka melahirkan aturan atau kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Maka jadilah bangsa ini, yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin dan menderita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline