Lihat ke Halaman Asli

Risda Yanti

Mahasiswa

Hamka Muda Memberdayakan Keluarga Dhuafa

Diperbarui: 22 Januari 2023   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Salah satu pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang melandasi etos sosialnya adalah Q.S. Al-Maun. Q.S Al-Maun hasil pemikiran KH Ahmad Dahlan menjadi ide penggerak organisasi Muhammadiyah selaham bertahun-tahun. Q.S. Al-Maun menerangkan tentang sifat dan watak manusia yang dianggap mendustakan agama dengan perilakunya seperti mengumpat, menelantarkan anak yatim, tidak melakukan sedekah dan menghasut orang lain agar tidak menyantuni fakir miskin. Teologi Al-Maun yang digagas dan dikembangkan oleh Kiai Dahlan berhasil membawa gerakan Muhammadiyah membebaskan kaum lemah dari ketertindasannya, dengan perwujudan konkret adanya pemberdayaan terhadap kaum dhuafa

Oleh karena itu, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), fakultas ekonomi dan bisnis dalam mata kuliah Kemuhammadiyahan mengadakan program pemberdayaan kaum dhuafa sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama manusia. Kegiatan pemberdayaan kaum dhuafa bertujuan untuk membantu meringankan permasalahan keluarga dhuafa dan menumbuhkan rasa empati masyarakat terhadap sesama.

Kami dari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Studi S1 Akuntansi, Fakultas ekonomi dan bisnis. Perwakilan dari Kelompok 1 yang terdiri dari Ela Nur Laila, Risda Yanti, dan Syavira Idriyanti.

Pemberdayaan kaum dhuafa kami berikan kepada Mbah Pawiro. Beliau hanya memiliki dua anak yang tinggal dikampung halamannya yaitu Kota Solo. Kedua anaknya telah memiliki kehidupan masing-masing, dan hanya menyisakan Mbah Pawiro dengan suaminya. Suami Mbah Pawiro mengalami penyakit Katarak dan kaki nya juga sulit untuk berjalan karena sempat mengalami kecelakaan. Suami Mbah Pawiro sudah tidak lagi dapat mencari rezeki untuk kehidupan keluarganya. Akhirnya semua kehidupan harus ditanggung Mbah Pawiro sebagai kepala keluarga. Suami dari anak Mbah Pawiro meninggal dan membuat kedua cucu Mbah Pawiro terlantar kehidupannya. Beban kehidupan seorang nenek 78 tahun semakin bertambah dengan kehadiran cucunya. Anak dari Mbah Pawiro pun ikut andil membantu kehidupan ekonomi dengan bekerja di kampung yang penghasilannya tidak seberapa.

Setelah melakukan fundrising kelompok kami berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 1.200.000 yang dialokasikan seluruhnya kepada Mbah Pawiro untuk menjalani kehidupan. Sebagian yang dihasilkan dari penggalangan dana kita bagi menjadi dua bagian, yaitu untuk uang tunai sebagai modal berjualan Mbah Pawiro dan sembako untuk Mbah Pawiro bertahan hidup. Memang nominal nya tidak cukup banyak untuk menutupi segala kekeurang dari Mbah Pawiro, namun kami berharap, semoga barang-barang yang kami berikan bermanfaat untuk Mbah Pawiro. Dan besar harapan kami semoga masyarakat sekitar lebih empati dan membantu sesama.

Dokpri

Pelajaran yang dapat diambil dari kegiatan sosial ini adalah memupuk rasa kepedulian yang tinggi untuk sama-sama mengulurkan tangan kepada orang yang membutuhkan. Output dari kegiatan ini, kami sangat merasakan manfaat ketika berbagai dengan sesama. Karena sejatinya manusia merupakan Mahkluk sosial yang membutuhkan satu sama lain. Marilah bersinergi dalam mengulurkan tangan untuk mengobati ketimpangan sosial yang sedang terjadi di kehidupan ini. Dengan berbagi permasalahan yang ada diseluruh negara mungkin akan teratasi dengan baik ketika masyarakatnya bersinergi dalam hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline