Orang kelahiran 1997 adalah anak yang kuat. Karena setiap jenjang kehidupannya diiringi perubahan dan ketidakpastian dalam hidup. Bagaimana tidak, pada saat kelahirannya, kondisi Indonesia sedang tidak stabil. Diawali dengan krisis moneter di Asia, termasuk Indonesia. Dimana mata uang rupiah memiliki nilai uang yang rendah terhadap dollar AS.
Terjadinya inflasi ini menyebabkan kekacauan dan ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintah. Yang diakhiri dengan mundurnya Presiden Soeharto dan digantikan oleh B.J Habibie. Anak yang lahir 1997, sejak lahirnya sudah diberikan situasi dan suasana yang rumit mengenai dunia.
"Hei nak, selamat atas kelahiranmu, ini adalah keindahan dunia dan segala permasalahnnya"
Anak kelahiran 1997 merasakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) saat sekolah dasar (SD). Yang diketahui anak SD pada saat itu, bahwa mereka setiap hari membawa buku yang banyak, satu mata pelajaran berisi satu paket dan dua buku tulis. Satu hari, sang anak mempelajari sekitar 3 mata pelajaran.
Semakin naik kelas, maka pelajarannya semakin banyak, tak jarang siswa harus membawa dua buah tas. Untuk kelulusan SD, anak 1997 harus menempuh Ujian Nasional tahun 2009. Ujian Nasional ini hanya menentukan kelulusan, sehingga ketika masuk SMP favorit, maka harus diadakan tes ulang. Jadi, walaupun nilai UNnya bagus, belum tentu masuk ke SMP yang diinginkan.
Berbeda dengan beberapa tahun setelahnya, nilai UN bisa dijadikan syarat masuk studi selanjutnya. Kebijakan pendidikan Indonesia memang setiap tahun berubah, bahkan setiap pergantian Menteri pendidikan pasti ada perubahan peraturan mengenai pendidikan. Sedangkan kenyataan dilapangan, tidak selalu 'masyarakat sekolah' merasakan perubahan itu.
Kelulusan SMP pun masih mengandalkan Ujian Nasional 2012. Pada saat itu, UN sudah menerapkan 5 paket soal. UN SMP terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Namun, anak 1997 ini harus merasakan bahwa nilai UN yang mereka dapatkan belum sepenuhnya bisa digunakan sebagai syarat masuk SMA. Sehingga, anak 1997 ini harus kembali diuji di tes masuk SMA.
Nampaknya hal itu belum selesai, serangkaian tes masih harus dilalui anak 1997 ketika masuk perguruan tinggi (PT). Syarat kelulusan SMA saat itu masih menggunakan Ujian Nasional 2015. Anak 1997 merupakan Angkatan pertama UN berbasis computer, walaupun tidak semua daerah sudah merasakan itu karena terbatasnya fasilitas sekolah.
UN yang diterapkan juga 20 paket soal, yang punya barcode berbeda. Dan seperti biasa, nilai UN bukanlah patokan untuk lulus PT, sehingga anak 1997 harus belajar lagi menghadapi SBMPTN ataupun mandiri.
Menjadi anak 1997 sudah biasa bersaing secara kompetitif, sudah banyak tes yang dilalui hingga saat ini. Anak 1997 selalu mendapatkan bagian yang "kurang enak", karena setiap perpindahan jenjang sekolah, nilai UN tidak membantu sebagai kelulusan di PPDB. Padahal anak 1997 sudah belajar untuk meraih target UN yang setiap tahun kenaikan standarnya selalu lebih tinggi.