Lihat ke Halaman Asli

Risca Amilya

Universitas Muhammadiyah Jakarta - Ilmu Komunikasi

Lolos dari Maut: Jenderal Nasution dan Upaya Penculikan G30S/PKI

Diperbarui: 15 Juli 2024   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.detik.com/sumut/berita/d-6949689/mengenang-abdul-haris-nasution-jenderal-yang-selamat-dari-peristiwa-g30s-pki

Malam 1 Oktober 1965 merupakan malam yang kelam bagi keluarga Jendral A.H. Nasution. Pada malam itu sekitar pukul 03.15 WIB pasukan Cakrabirawa dengan membawa 100 orang pasukannya menggerebek masuk dan mengepung seisi rumah. Jendral A.H. Nasution kala itu menjadi salah satu inceran komunis dari tujuh jendral bintang 5 karena saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Kepala Staff Angkatan Bersenjata yang memasuki daftar orang yang harus di bunuh oleh PKI.

Malam itu keluarga jendral terbangun karena banyak nyamuk yang mengganggu tidurnya dan sembari menunggu adzan subuh untuk segera melaksanakan solat. Terdengar suara rusuh di halaman rumah dari pasukan Cakrabirawa, pada malam itu membuat keluarga Nasution tekejut, sontak Pak Nas (sebutan akrab dari Jendral A.H. Nasution) ingin keluar dan menemui pasukan akan kehadirannya. Namun, ibu Johanna Sunarti Nasution istri dari Pak Nas melarang untuk menemuinya karena sudah memiliki firasat buruk sejak kedatangan para pasukan. Ibu Nasution berpikir akan ditangani oleh para ajudan namun, ternyata para ajudan sudah dilucuti dari senjata.

Dalam keadaan Pak Nas masi memegang sapu untuk mengusir nyamuk dan Ibu Nasution mengunci pintu kamar lalu duduk di ujung tempat tidur sambil menunggu adzan subuh. Tidak lama terdengar kembali dobrakan pintu rumah dekat ruang tamu kemudian Ibu Nasution membuka pintu kamar untuk melihat situasi. Saat itu terdengar suara tembakan yang untungnya meleset ke arah atas tidak mengenai istri Pak Nas, dengan segera Ibu Nasution menutup kembali dan mengunci pintu kamar, lalu menahan pintu dengan badannya agar pasukan tidak dapat membukanya karena saat itu pintu sudah mulai retak karena dobrakan dari pasukan Cakrabirawa.

Anak Pak Nas, Ade Irma Suryani Nasution yang masih berusia 5 tahun saat itu terbangun dan menghampiri ibu nya yang sedang menahan pintu dari dobrakan pasukan Cakrabirawa. Ade Irma menangis karena terkejut dengan situasi yang sudah terkondisikan, Ade Irma terus memegang kaki ibu nya. Dari kamar belakang datang Mardiah adik dari Pak Nas menghampiri untuk mengetahui situasi yang sedang terjadi namun, Ibu Nasution meminta untuk menggendong Ade Irma dan menunggu Ibu Nasution kembali.

Mardiah saat itu masih mengenali keadaan sengaja membuka pintu kamar lalu terdorong dari pasukan dan mendapatkan tembakan mengenai punggung Ade Irma sebanyak 3 butir peluru dan sebanyak 2 butir mengenai tangan Mardiah. Dalam waktu yang bersamaan Ibu Nasution ingin mengantarkan Pak Nas bersembunyi melalui pintu belakang, naas nya saat ingin meninggalkan kamar terdengar suara tembakan. Ibu Nas kembali ke kamar untuk melihat keadaan, Anaknya Ade Irma sudah terkena tembakan dan berlumurah darah di baju Ade Irma. Mardiah dengan perasaan sangat bersalah mengembalikan Ade Irma kepada Ibu Nasution.

Melihat keadaan anaknya yang sudah bersimpah darah Pak Nas sangat marah dan kecewa ingin menemui pasukan Cakrabirawa. Namun, Ibu Nasution tetap menyuruh Pak Nas pergi bersembunyi karena beliau tahu bahwa suami nya yang menjadi incaran pada malam itu. Dengan berat hati Pak Nas meninggalkan anaknya dan menuruti permintaannya istrinya untuk tetap bersembunyi.

Pak Nas berlari ke arah belakang rumah untuk menyalamatkan diri ke Kedutaan Besar Irak yang bersampingan dengan rumahnya pada kala itu. Pak Nas segera menaiki tembok dibelakang rumahnya tetapi ternyata malam itu para pasukan Cakrabirawa sudah mengepung rumah hingga halaman belakang. Adanya pertolongan dari Yang Maha Kuasa para pasukan tidak melihat Pak Nas dan berhasil bersembunyi di balik drum air. Namun, kaki beliau sempat terluka karena tersangkut dengan kayu.

Berhasilnya Jendral A.H. Nasution untuk melarikan diri dari pasukan Cakrabirawa tidak terlepas dari pengorbanan salah satu ajudan yang bernama Lettu Pierre Tendean. Salah seorang dari pasukan Cakrabirawan salah mengira ajudan jendral dan menangkapnya karena keadaan saat itu gelap dan mati listri, kemudian ajudan tersebut dibawa dan dibunuh oleh PKI.

Keberhasilan Jendral A.H.Nasution dari penculikan pada peristiwa G30S-PKI memiliki beberapa kaitan dengan ilmu sososilogi komunikasi diantaranya:

  • Penggunaan Komunikasi Efektif

Lolos nya Jendral Nasution dari pasukan Cakrabirawa karena adanya komunikasi yang efektif antara dirinya dengan istrinya Ibu Johanna Sunarti Nasution. Pak Nas menuruti apa yang dikatakan oleh istrinya untuk tidak menemui pasukan tersebut dan memintanya untuk bersembunyi. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi yang baik antara pasangan dapat membantu dalam situasi darurat.

  • Pengaruh Lingkungan Sosial

Rumah Jendral Nasution saat itu berdampingan dengan rumah Duta Besar Irak yang mungkin telah memberikan perlindungan dan bantuan saat terjadinya insiden tersebut. lingkungan sosial ini dapat membantu keberhasilan Jendral Nasution untuk melarikan diri.

  • Penggunaan Simbol dan Isyarat

Ajudan Jendral Nasution yang bernama Lettu Pierre Tendean menjawab kepada pasukan Cakrabirawa bahwa dirinya seorang ajudan Nasution namun, sebagian besar pasukan salah mendengar dan mengira bahwa Lettu Pierre Tendean merupakan Nasution. Kelirun pasukan mengartikan penggunaan simbol dan isyarat membuat kesalahan interpretasi yang dapat membantu Jendral Nasution lolos dari penculikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline