Akhir-akhir ini, populasi LBGT terus menunjukkan adanya pergerakan. LGBT merupakan perilaku seksual yang menyimpang yang di alami oleh seseorang yang memiliki orientasi yang berbeda terhadap perilaku seksual. Di Indonesia, keberadaan kaum LBGT masih menjadi perdebatan karena masyarakat Indonesia mayoritas beragama muslim dan memiliki nilai moral sosial yang cukup tinggi. Sampai saat ini, belum ada data statistik pasti terkait jumlah LGBT di Indonesia. Karena memang tidak semua kalangan LGBT terbuka dan dengan mudah mengakui orientasinya.
American Psychology Association menyebutkan bahwa kemungkinan penyebab LGBT adalah karena pengaruh genetik, hormonal, serta faktor lingkungan. Tanpa mengesampingkan faktor genetik dan hormonal, faktor lingkungan mempunyai peran cukup besar pada LGBT. Faktor lingkungan sering disebut-sebut sebagai penyebab LGBT. Misalnya ada seseorang yang bergaul di lingkungan LGBT, maka orang tersebut dapat mempengaruhi orientasi seksual mereka. Ada pula kondisi keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang sering bertengkar, melakukan kekerasan, hingga bercerai juga turut diduga dapat menjadi penyebab seseorang memiliki jenis orientasi seksual tertentu.
Anak dikatakan optimal tumbuh kembangnya apabila mampu mampu memenuhi tugas di setiap tahapan tumbuh kembangnya. Ada banyak aspek perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak. Salah satunya adalah memenuhi tugas dalam aspek sosial. Santrock (2002) mengatakan bahwa aspek-aspek sosial kehidupan anak meliputi identitas diri, relasi sosial, dan gender.
Banyak orang tua yang merasa, seiring dengan berjalannya waktu maka anak-anak akan paham dengan identitas dan tugas mereka secara sosial. Anak memang mempunyai fitrah atau sesuatu yang mereka bawa dari lahir. Tapi dengan banyaknya paparan dari lingkungan, maka seyogyanya orang tua membersamai, membimbing, mengarahkan anak dalam mengenal identitas, relasi sosial, termasuk masalah gender.
Memperkenalkan masalah gender pada anak selayaknya dilakukan sedini mungkin. Apalagi karena hal ini sangat erat kaitannya dengan tugas perkembangan sosial anak yang harus dilewati oleh anak -anak usia dini yaitu mempelajari tentang perbedaan jenis kelamin.
Orang tua perlu memahami perbedaan identitas gender dan peran gender
1. Identitas gender
- Identitas Gender Menurut Santrock (2002) bahwa yang dimaksud dengan identitas gender adalah rasa seseorang sebagai laki-laki atau perempuan, yang diperoleh dari sebagian besar anak-anak pada waktu mereka usia 3 tahun. Hal serupa diungkapkan oleh Diane E. Papalia (2001) bahwa identitas gender merupakan kesadaran seseorang tentang gendernya dan juga orang lain, menurut jenisnya hingga antara usia 2-3 tahun.
2. Peran gender
- Santrock (2002) menyebutkan bahwa peran gender merupakan sebuah harapan yang berisi tentang bagaimana seharusnya seorang laki-laki atau perempuan itu berpikir, bertindak, dan merasa.
Saat kita berbicara tentang peran gender, kita punya harapan bahwa kelak anak-anak menjadi laki-laki dewasa dan perempuan dewasa yang mampu secara optimal menjalankan tugas-tugas mereka.
Pengasuhan yang berdasarkan gender, bukan berarti membatasi anak-anak dalam proses belajarnya.
Anak laki-laki cenderung gagah, perkasa sehingga mereka tidak boleh mengenal permaianan perempuan seperti masak-masakan. Begitu pula sebaliknya, anak Perempuan yang cenderung feminim, lemah lembut dilarang mengenal permainan seperti perang-perangan, manjat-manjat pohon.