Tahun ajaran baru sudah semakin dekat. Sekolah favorit sudah jauh-jauh hari membuka pendaftaran siswa baru. Orang tua generasi millenial dan generasi Z tentunya tak kurang informasi terkait sekolah “impian” untuk anak-anak mereka. Tapi seperti yang kita juga pahami, semakin banyak informasi yang masuk maka orang tua cenderung semakin bimbang dalam memilih sekolah yang tepat atau sesuai dengan anak-anak mereka.
Kenapa memilih sekolah menjadi penting?
Menurut teori Bronfenbrenner, konteks sosial dimana anak hidup akan banyak memperngaruhi perkembangan anak. Tiga konsep dimana anak menghabiskan sebagian besar waktunya ialah keluarga, teman sebaya (sepermainan) dan sekolah. Artinya kita sebagai orang tua memang tidak boleh sembarangan, asal-asalan dalam memilihkan sekolah untuk karena. Karena sekolah mempunyai peran yang sama pentingnya dengan orang tua dalam perkembangan maupun pembentukan karakter anak.
Lantas apa saja yang perlu menjadi pertimbangan saat anak masuk sekolah?
Pertama
Kita sebagai orang tua, seyogya nya paham dulu dengan bagaimana diri kita, apa saja prinsip dalam hidup kita. Artinya sebelum kita membersamai anak dalam tumbuh kembangnya maka kita harus kenali dulu visi misi kita sebagai orang tua. Termasuk ingin mendidik anak menjadi pribadi yang seperti apa.
Apa urgensinya visi misi dalam keluarga?
Ibaratnya sebuah pohon, maka visi misi merupakan akar. Pohon akan tumbuh seperti apa, akan tergantung dari akarnya. Begitu pula anak-anak. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi sesuai dengan visi misi yang telah dibangun dalam keluarga.
Kaitannya dengan pilah pilih sekolah yaitu saat orang tua sudah memiliki visi misi yang jelas, maka pastinya orang tua akan memilih sekolah yang mendukung tercapainya visi misi keluarga. Misalnya keluarga yang mengutamakan nilai-nilai spiritual maka orang tua cenderung memilih sekolah yang menekankan nilai-nilai spiritual.
Kedua
Setiap tahapan perkembangan anak mempunyai tugas dan tuntutan yang berbeda-beda. Program yang disusun oleh sekolah diharapkan mampu memfasilitasi anak-anak sesuai dengan tahapan tumbuh kembang dan karakternya. Misalnya anak-anak usia preschool yang cara berpikirnya masih intuitif, egosentris, sering bereksplorasi mencoba berbagai hal tentunya difasilitasi sekolah dengan banyak memberikan aktivitas yang menstimulasi sensori, fisik, motorik, sosial dan tidak menitikberatkan pada akademik.