Lihat ke Halaman Asli

Risa Suryanti

Clinical Child Psychologist

Anak Terkesan "Kaku" saat Bermain... Normalkah?

Diperbarui: 19 Desember 2022   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masa anak-anak adalah masa bermain. Bermain merupakan salah satu cara anak untuk mengembangkan dirinya, baik dari aspek kognitif, motorik, bahasa, dan sosial emosi. Melompat, berlari, mengotak-atik mainan dan banyak kegiatan lainnya yang seakan energi mereka tak ada habisnya. Selepas bermain, ada anak-anak yang biasa membereskan mainan. Adapula yang langsung meninggalkan dan mengganti permainan yang lain.

Salah satu perilaku yang terlihat khas dan menarik pada anak-anak yaitu gemar menyusun mainanberdasarkan kelompok tertentu. Misalnya anak -- anak menyusun balok-balok, mobil-mobilan, tutup botol berdasarkan kelompok warna. Anak-anak tersebut menyusunnya secara memanjang, dengan sangat rapi dan presisi. Orang tua yang melihat kebiasaan anak seringkali merasa kagum dengan kemampuan anaknya. Namun kadang orang tua juga kewalahan dengan perilaku tersebut terutama saat anak mulai "marah" saat orang lain merusak susunan yang telah ia buat. Anak terkesan rigid/kaku dengan apa yang telah ia ciptakan.

Anak yang menunjukkan sikap rigid atau kaku, bisa menunjukkan indikasi positif apabila anak mempertahankan sesuatu yang sifatnya prinsip. Namun akan menjadi lain cerita apabila anak menunjukkan sikap rigid (kaku) disertai dengan perilaku khas lainnya seperti minim kontak mata, kurangnya minat sosial, dan minat bermain. Anak-anak yang menunjukkan perilaku tersebut perlu diwaspadai karena perilaku tersebut merupakan beberapa gejala autism.

Autism Syndrome Disorder (ASD)

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi 5 (DSM-5) American Psychiatric Association, Autism Syndrome Disorder atau gangguan spektrum autism merupakan gangguan neurodevelopmental dengan karakteristik defisit kemampuan interaksi dan komunikasi sosial di berbagai konteks sosial, seperti respon perilaku dan komunikasi sosial yang dibutuhkan untuk menjalin interaksi sosial, mengembangkan, mempertahankan, dan memahami suatu relasi. Kondisi ini disertai dengan adanya perilaku repetitif, minat dan aktivitas yang terbatas.

Adapun Manifestasi klinis pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (World Health Organization, 2011), diantaranya : 

1. Minimnya minat sosial, cenderung bermain sendiri daripada bermain dengan teman sebaya.

2. Terbatasnya kemampuan mengintegrasikan perilaku sosial, emosional, dan komunikasi sosial di berbagai konteks sosial. Pasien hanya sedikit menunjukkan atau sama sekali tidak menunjukkan afeksi dalam berinteraksi sosial, serta kurang menunjukkan respon tanda-tanda sosial-emosional ataupun respon terhadap emosi orang lain. 

3. Pada sebagian pasien dengan gangguan spektrum autisme, tidak tampak adanya ekspresi wajah maupun gerak tubuh. 

4. Ekolalia 

5. Perilaku dan minat yang terbatas dan berulang, seperti bermain dengan mainan yang sama berulang kali, menggunakan benda yang sama terus-menerus, hanya memperhatikan bagian tertentu dari mainan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline