Lihat ke Halaman Asli

"Pada BKH Kami Tautkan Harapan"

Diperbarui: 23 Februari 2018   01:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benny K Harman saat menerima sebilah parang adat dari komunitas adat Sumba/ foto: dok pribadi

Ratusan peti mati yang dikirim tanpa henti dari luar negeri telah mencabik-cabik harga diri dan derajat kemanusiaan orang NTT selama bertahun-tahun.

Walaupun demikian, tragedi kemanusiaan ini rupanya belum cukup menjadi tanda bahaya bagi calon TKI untuk  ke luar negeri.

Selain karena tipu daya para calo yang lihai mengumbar janji-janji manis, kemiskinan adalah penyebab utama sehingga rakyat gampang diperdaya.

Lilitan kemiskinan menepis asa untuk tetap bertahan. Negeri Jiran rupanya lebih membuka jalan untuk tetap berharap.

Bagi segelintir orang, daerah ini tidak lagi menjamin rejeki untuk melangsungkan kehidupan. Harapan untuk hidup bahagia sepertinya telah sirna dari tanah Flobamorata ini.

Perlakuan sadis terhadap korban serta rintihan tangis keluarga adalah ratapan orang-orang kalah. Mereka yang kehilangan asa untuk berharap bahwa tanah ini bisa memberi dahaga. Sampai kapan badai kemanusiaan ini berlalu?

Kenyataan inilah yang memotivasi Benny K Harman untuk kembali mengabdi ke NTT. Dia rela meninggalkan segala kenyamanan di Jakarta untuk kembali ke kampung halamannya.

Panggilan nurani ini memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Sejak tahun 2013 lalu niatnya untuk mengabdi belum tercapai. Dia gagal. Namun bukan itu yang disesalkan.

Penyesalan paling dalam adalah dia kehilangan kesempatan untuk membangun daerah tercinta, tempat ia lahir dan dibesarkan.

Pada beberapa kali kesempatan, pria yang akrab disapa BKH ini menepis sejumlah sangsi. Dia katakan berkali-kali bahwa NTT bukan tempat yang layak untuk mencari kekayaan. Kalau mau kaya dan kehormatan, Jakarta adalah panggung yang pantas bagi politisi intelektual yang menjabat tiga periode di DPR-RI ini.

Di tengah belantara politik nasional yang pekat dengan aroma pragmatisme, Benny K Harman justru sering berteriak lantang demi menjaga marwah hukum serta menegakkan nilai kemanusiaan dan keadilan. No Justice, No Peace.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline