Lihat ke Halaman Asli

Risalma Elfatryani

Mahasiswa Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta

Teknik Pembelajaran Bauran (Blended Learning) untuk KGA-'21

Diperbarui: 18 Juli 2021   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini Indonesia sudah berada di era pendidikan 4.0, Revolusi Industri 4.0, dan Revolusi Sosial 5.0. Untuk menghadapi dan menyikapi era globalisasi ini, kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu diperhatikan. Harus ada perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan dan tidak boleh berhenti. Dalam hal ini, akan disampaikan terkait tuntutan kurikulum geografi abad 21 (KGA-'21) melalui upaya peningkatan skill dan kemampuan dengan menggunakan teknik pembelajaran bauran (blanded learning) yang dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Mukminan, PMPG, FIS-UNY (dalam kegiatan Seminar Nasional Geografi yang digelar pada tanggal 13 Juli 2021 oleh UNJ).

Ketika bumi terus berputar dan era terus berubah, tuntutan kurikulum geografi abad 21 (KGA-'21) pun harus menyesuaikan. Upaya perbaikan kualitas KGA-'21 harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan eranya. Menurut Prof. Dr. H. Mukminan, tuntutan dan keterampilan KGA-'21 adalah sebagai berikut.

  • Memiliki semangat ke-Indonesia-an, dengan 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah "Harga Mati" yang tidak boleh ditawar-tawar lagi.
  • Memiliki karakter yang kuat.
  • Memahami peta Indonesia yang diperbaharui dari waktu ke waktu.
  • Mampu mengaplikasikan Scientific Approach.
  • Memahami Paradigma Pembelajaran Abad-XXI.
  • Memiliki kemampuan Higher Order Thinking Skills (HOTS).
  • Memiliki kemampuan literasi geospasial.
  • Memiliki Sustainable Development Goals (SDGs).
  • Memiliki kemampuan STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics).

Dari delapan konsep di atas menjadikan dasar keterampilan yang harus dikembangkan pada KGA-'21.

Pembelajaran Bauran Sebagai Bagian dari Tuntutan KGA-'21

Pembauran (yang diterjemahkan dalam kata blended) adalah perpaduan antara pembelajaran secara luring (face to face) dan daring (online). Menurut Rosenberg (2006) dan Khan (2005), pembelajaran bauran adalah model pembelajaran yang menggabungkan model pembelajaran kelas fisik (sinkron) dan e-learning (asinkron). Jadi dapat dikatakan pembauran (blended learning) ini merupakan kombinasi dari pembelajaran berbasis kelas fisik (bersifat berpusat pada guru) dengan fitur terbaik e-learning (berpusat pada siswa) untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran dan memberikan fleksibilitas kepada mahasiswa.

Adapun kegunaan pembauran ini adalah sebagai solusi yang tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran juga gaya belajar peserta didik dan untuk menciptakan pengalaman belajar yang memberikan pembelajaran yang tepat waktu. Selain itu, pembauran juga mencakup universal dan global dimana kita dapat melakukan pembelajaran lintas budaya dengan zona waktu yang berbeda. Pembauran ini merupakan pengembangan paling signifikan pada abad 21.

Mengapa pembelajaran bauran? Pembelajaran secara daring maupun secara luring memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada era teknologi informasi sekarang ini, kita melakukan pembelajaran jarak jauh dan juga secara full-daring. Namun dalam implementasinya menimbulkan banyak kendala, diantaranya:

  • retensi terhadap teknologi baru (sudah nyaman, ribet, bangga masa lalu),
  • pendidikan karakter (kesulitan mengajarkan nilai),
  • keterampilan motorik/bloom (kesulitan mengajarkan keterampilan motorik, seperti simulasi, praktik langsung (real vs virtual), dan
  • akurasi dan akuntabilitas penilaian (nyontek/copas, joki).

Dengan demikian, adanya pembauran ini memberikan kesempatan yang terbaik untuk belajar dari kelas transisi ke e-learning, melibatkan kelas atau tatap muka dan belajar online, sangat efektif untuk menambah efisiensi untuk kelas instruksi dan memungkinkan peningkatan diskusi atau meninjau informasi di luar ruang kelas.

Adapun konsekuensi terkait pembauran diantaranya: sebelum pelaksanaan, program harus didesain dan disiapkan dengan sebaik-baiknya; perlu konten dan aktivitas yang beragam serta berkualitas; perlu variasi sumber dan multimedia untuk memudahkan sekaligus meningkatkan pemahaman; perlu aktivitas dan interaksi yang beragam yang memungkinkan peserta didik aktif, senang dan termotivasi; perlu pengaturan waktu yang efektif dan efisien; dan pemilihan teknologi yang tepat.

"Upaya Pengembangan Pembauran (Pembelajaran Bauran) Geografi dari waktu ke waktu sangat dibutuhkan. Pembelajaran Geografi harus banyak melakukan upaya-upaya kreatif, inovatif, dan solutif, termasuk implementasi Pembauran, yang disesuaikan dengan perkembangan konsep serta kebutuhan. Tentunya banyak masalah yang harus dipecahkan terkait dengan upaya Pengembangan Pembauran, terutama dikaitkan dengan TUNTUTAN KURIKULUM GEOGRAFI DI ABAD 21." Prof. Dr. H. Mukminan (13/7/2021)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline