Lihat ke Halaman Asli

Kepulauan Pangkajene, Atlantis yang Hilang?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1394802586507041847

Atlantis sebuah mitos Yunani, yang namanya timbul bersama goresan tangan plato. Dalam tulisannya, Plato menuliskan bahwa Atlantis merupakan sebuah pulau yang berhasil menaklukkan peradaban termaju saat itu, Yunani. Diceritakan memiliki ribuan angkatan laut yang tangguh, Atlantis kemudian tenggelam bersama dengan ribuan cerita misteri yang hingga kini masih belum dapat diungkap.

Tercatat, beberapa organisasi hingga negara adidaya melakukan misi pencarian untuk menemukan kembali negeri ini. Sebut saja Heinrich Himmler, salah satu tokoh Nazi yang melakukan pencarian besar-besar pada tahun 1938 di Tibet.

Jauh dari Tibet, saya menemukan sebuah keindahan, mungkin bukan Atlantis, namun cukup mewakili keindahan tanah yang melegenda itu.Podang-Podang,Jaraknya tiga jam perjalanan laut dari Makassar, sebuah kota besar di timur Indonesia. Hamparan laut biru dan pantai pasir putih seakan menjadi gerbang masuk di salah satu pulau dari 103 gugusan kepulauan Pangkajene di Provinsi Sulawesi Selatan. Pangkajene sendiri merupakan nama kota yang diambil dari dua suku kata Pangka yang berarti cabang dan jene yang berarti air. Nama ini sudah sanggup menggambarkan bagaimana kota Pangkajene yang dibelah oleh air yang dalam ini bermakna lautan.

Bukan hanya lautan biru dan pasir putih yang menggoda, terumbu karang pulau yang tidak berpenghuni ini menambah eksotisme dan daya tarik wisatawan. Sayangnya, belum ada tempat penginapan yang dapat mengakomodasi wisatawan untuk sekadar melewati malam di pulau yang hanya memiliki luas tak lebih dari luas lapangan American Futball. Perahu penumpang khas Sulawesi Selatan menjadi satu-satunya moda transportasi yang dapat mengantarkan wisatawan ke tempat ini.

Mungkin, Podang-Podang bukanlah Atlantis yang hilang. Namun, keindahan terumbu karang dan pasir putih cukup untuk menandingi legenda mitos termahsyur itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline