Ditulis oleh:
Risal Gantizar Gifari
Dosen Administrasi Pendidikan dan Etika Profesi Keguruan
Universitas Islam Darussalam Ciamis - Jawa Barat
Kota Banjar. Sejak dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada Oktober 2024, Menteri Agama Nasaruddin Umar terus menekankan pentingnya harmoni antara visi besar nasional dan fokus strategis Kementerian Agama. Dari delapan cita (asta cita) yang menjadi pedoman pemerintahan, ada empat poin yang sangat berkaitan dengan tugas Kemenag: kemandirian bangsa, pendidikan, reformasi birokrasi, serta kerukunan dan pelestarian lingkungan. Semangat ini diterjemahkan Menteri Agama dalam delapan pesan utama yang menjadi panduan kerja Kemenag menuju tahun 2025.
Pertama, Menteri Agama menekankan pentingnya internalisasi nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Intinya adalah bagaimana nilai-nilai agama tidak hanya diajarkan, tetapi benar-benar melekat dalam laku hidup umat. Kalau dipikir-pikir, ini seperti pohon yang akarnya harus menembus tanah hingga kokoh berdiri, bukan sekadar hiasan yang mudah roboh saat diterpa angin. Dengan penguatan pendidikan agama, pembinaan perkawinan, hingga bimbingan keagamaan yang lebih intensif, harapannya umat makin dekat dengan ajaran agamanya (Kemenag, 2024). Seperti yang sering beliau katakan, "Semakin dekat umat dengan ajaran agamanya, makin harmonis pula kehidupan sosial kita."
Namun, jangan berhenti di situ. Indonesia dikenal dunia sebagai negara dengan toleransi yang luar biasa. Kita ini seperti rumah besar dengan beragam kamar, tapi tetap hidup rukun. Menteri Agama ingin model harmoni ini bisa "diekspor" ke dunia internasional. Indonesia sudah banyak mendapat pujian, termasuk dari tokoh-tokoh global seperti Syekh Mufti Menk dan Majelis Hukama Muslim (Kemenag, 2024). Sekarang saatnya kita melangkah lebih jauh, menjadikan nilai-nilai moderasi dan toleransi agama di Indonesia sebagai inspirasi global.
Ketiga, ada misi besar untuk reformasi birokrasi. Dalam dunia yang terus bergerak cepat, birokrasi kita sering dianggap lambat dan bertele-tele. Menteri Agama mencontohkan bagaimana integritas harus dimulai dari atas, seperti saat beliau menolak gratifikasi dan mengembalikannya ke KPK (Kompas, 2024). Pesannya tegas: "Kami punya banyak mata dan akan langsung bertindak kalau ada yang bermain-main." Ini bukan sekadar ancaman, tapi upaya nyata untuk membersihkan birokrasi.
Di sisi lain, teknologi informasi menjadi andalan Kemenag untuk mendukung reformasi birokrasi. Lewat Pusaka Superapps, masyarakat kini bisa mengakses layanan keagamaan hanya dengan genggaman tangan. Mau baca kitab suci? Daftar haji? Atau cari informasi zakat? Semua ada dalam aplikasi ini (Kemenag, 2023). Ini seperti memiliki "kantor Kemenag pribadi" di ponsel Anda. Bahkan, pelatihan dan pengembangan SDM kini lebih efektif dengan platform MOOC Pintar yang telah menjangkau jutaan peserta di seluruh Indonesia, termasuk daerah 3T (Kompas, 2024).
Namun, Kemenag bukan tanpa tantangan. Seiring pembentukan dua badan baru, yakni BP Haji dan BPJPH, kementerian ini harus makin lincah dan profesional (Perpres 153/2024, 154/2024). Jika diibaratkan, Kemenag saat ini seperti seorang atlet yang harus berlari lebih cepat sambil membawa beban tambahan. Tugas pembinaan umat yang menjadi fokus utama kini harus dilaksanakan dengan lebih efisien dan efektif.
Di sisi lain, penyelenggaraan haji 2025 menjadi tantangan besar berikutnya. Dengan adanya BP Haji, Kemenag ingin meninggalkan warisan terbaik sebelum badan ini mengambil alih sepenuhnya pada 2026. Ibadah haji tidak hanya soal spiritual, tapi juga berdampak pada ekonomi umat. Dengan pengelolaan yang baik, ekosistem ekonomi yang mendukung haji bisa menjadi penggerak kesejahteraan umat (Kemenag, 2024).
Untuk pendidikan, tantangan terbesar adalah menuntaskan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi lebih dari 649 ribu guru agama yang belum tersertifikasi. Menteri Agama menetapkan target dua tahun untuk menyelesaikan program ini. Kalau melihat jumlahnya, ini seperti membangun jembatan panjang di tengah sungai besar. Tapi dengan perencanaan matang dan alokasi anggaran yang tepat, target ini bukan sesuatu yang mustahil (Kemenag, 2024).