Biografi
Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan Hamka, adalah seorang ulama, aktivis, sastrawan, sejarawan terkemuka di Indonesia. Lahir pada 17 Februari 1908 di Kampung Molek, maninjau, Sumatra Barat, Indonesia. Ayahnya bernama Syekh Abdul Karim bin Amrullah dikenal dengan Hji Rasul, pada tahun 1906 menjadi seorang pelopor Gerakan Islah di Minagkabau, setelah sekembalinya dari Mekkah.
Ketertarikan Hamka terhadap sejarah tidak diperolehnya dari bangku perkuliahna melainkan hamka lebih banyak belajar sendiri dan melakukan penyelidikan meliputi berbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat, politik, sosiologi, kesustraan dan sejarah.
Kemampuannya dalam bahasa Arab membuat Hamka dapat menyelidiki karya ulama Timur Tengah salah satunya yaitu Zaki Mubarak. Selain itu Hamka mempu menyelidiki karya barat lainnya seperti Albert Camus dan Pierre Loti.
Melalui organisasi Muhammadiyyah Hamka aktif dalam gerakan Islam, yang mulai diikuti pada tahun 1925. Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah pada tahun 1929 dan dua tahun kemudian menjadi konsul Muhammadiyah di Makkasr. Ketika tahun 1953, Hamka dipilih sebagai Penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Hamka banyak menulis tema-tema sejarah Indonesia, kumpulan tulisannya tentang berbagai fragmen sejalah lama Indonesia kemudian dihimpun dalam bukunya Dari Pembendaharaan Lama. Dari keaktifannya dalam menulis terlihat dari Hamka yang merupakan seorang penulis, editor di beberapa penerbit majalah seperti Panji Masyarakat, Gema Islam dan Pedoman Masyarakat.
Karya Hamka
Keseriusan Hamka dalam menekuni sejarah Islam, dilihat dengan menulis buku Sejarah Umat Islam yang ditulis pada 1938 diangsur hingga 1950, memuat sebanyak lima jilid. Pada jilid pertama sampai dengan jilid keempat berisi sejarah Islam sezak zaman Nabi Muhammad Saw hingga sebagian periode Usmani. Pada jilid kelima mengkaji sejarah Islam di Indonesia hingga abad ke-17. Tulisan hamka ini merekam ejarah besar peradaban Islam dan perkembangan dakwahnya yang sig-nifikan sejak dari zaman pra-Islam ke tahun-tahun terawal Hijrah hingga ke era moden.
Dalam Jurnal Bachtiar (2018), tulisan lainnya mengenai sejarah adalah bantahan Hamka atas buku T.O. Parlindungan Tuanku Rao, yang ia beri judul Fakta dan Khayal Tuanku Rao. Buku ini jelas bersifat polemis sebagai sanggahan atas beberapa klaim parlindungan mengenai beberapa aspek kesejarahan Islam di Sumatera. Hamka juga menulis buku biografi tentang ayahnya sendiri yaitu Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang terdbit di Jakarta pada tahun 1950 diberi judul Ayahku.
Dari sekian banyak tulisan Hamka, salah satu nya adalah upaya Hamka dalam mengokohkan teori kedatangan Islam ke Indonesia yang terjadi sejak abad ke-7 M dari tanah Arab dalam bukunya Sejarah Umat Islam, yang sedikit menngeser teori yang lebih awal populer yaitu teori masuknya Islam ke Indonesia abad ke-13 dari Gujarat India. Upaya pengokohan terori ini adalah sebagai bentuk penolakan bahwa Islam hadir ke Indonesia adalah Islam yang sudah tidak murni, yang sudah bercampur dengan kepercayaan Hindu di India. Hamka juga mengkritisi sumber pendapat dari Snouck Horgronje. Hal iu karena posisi Snouck Horgronje sebagai penasehat Pemerintah Belanda, sehingga menurut Hamka untuk melemahkan perlawan kaum Muslim Indonesia terhadap Pemerintah Belanda.
Mengenai corak hitoriografi Hamka dalam bukunya yang berjudul Sejarah Umat Islam yang disebutkan dalam jurnal Amir, A. N. (2021). Masuknya Islam Ke Nusantara (Melayu-Indonesia): Kajian Pemikiran Hamka Dalam Sejarah Umat Islam, bahwasanya oleh dalam Historiografi Islam Hamka lebih banyak menekankan kepada periode daripada daerah. Penulisannya lebih banyak menekankan kepada peranan pahlawan dan sultan dalam bangun dan tenggelamnya kerajaan Islam, sehingga ia dikenal sebagai penulis sejarah heroworship. Penulisan Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam memiliki kronik berdasaarkan urutan waktu kejadian.