Lihat ke Halaman Asli

Riris Putricia

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Kebidanan Universitas Airlangga

Edukasi HIV/AIDS kepada Remaja sebagai Langkah Preventif dalam Menekan Kasus HIV/AIDS

Diperbarui: 24 Juni 2022   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus penyebab AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). AIDS adalah penyakit yang menurunkan sistem kekebalan tubuh secara perlahan sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit lain (Locke T, Keat S, Walker A & R, 2013). Dapat diketahui bahwa seseorang sejak terinfeksi virus HIV membutuhkan waktu 5 tahun sampai masuk ke kondisi AIDS sehingga dapat diperkirakan bahwa penularan HIV ini sudah terjadi pada usia lebih dini. 

HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Angka kejadian kasus HIV/AIDS cenderung terus meningkat diikuti dengan angka kematian. 36 juta orang didunia hidup dengan HIV/AIDS dimana 5 juta diantaranya adalah penduduk Asia Selatan dan Tenggara. Indonesia merupakan negara dengan tingkat penyebaran virus HIV/AIDS tercepat di Asia Tenggara. Epidemi HIV/AIDS terjadi hampir di seluruh provinsi Indonesia. Di Indonesia, virus HIV telah menginfeksi penduduk usia produktif antara 15-24 tahun. Kelompok remaja sangat rentan terhadap risiko infeksi dan penularan HIV/AIDS yang merupakan salah satu tiga risiko kesehatan reproduksi atau yang dikenal dengan triad KKR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yakni Seksualitas, Napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) serta HIV/AIDS (Kementerian Kesehatan RI, 2017). 

Masa remaja merupakan masa dimana keadaan emosional seseorang masih labil dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru sangat tinggi. Apabila remaja tidak mendapatkan pendidikan dan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi, maka remaja sangat rentan mengalami masalah pendidikan, lingkungan , pekerjaan, seks dan seksualitas. Masalah seks dan seksualitas yang terjadi pada remaja salah satunya adalah mispersepsi terkait hal-hal yang berkaitan dengan infeksi dan penularan HIV/AIDS. Jika permasalahan tersebut dibiarkan dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup dan pembangunan negara, dimana remaja merupakan generasi penerus bangsa dan pelaksana dari pembangunan negara.

Penyuluhan terkait dengan kesehatan reproduksi, bahaya infeksi dan penularan HIV/AIDS, serta fakta-fakta terkait HIV/AIDS sangat penting untuk dilakukan agar remaja yang merupakan kelompok rentan dapat mengambil sikap dan perilaku untuk mencegah infeksi atau penularan HIV/AIDS. Siswa-siswi sekolah menengah atas merupakan sasaran yang tepat untuk mendapatkan penyuluhan terkait kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS. Penyuluhan ini dapat diberikan dalam bentuk kurikulum di sekolah atau penyuluhan eksternal (di luar sekolah). 

Penelitian Elvi, Maretalinia dan Suyitno yang dilakukan pada tahun 2019 menyebutkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan remaja sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa penyuluhan HIV/AIDS. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Istiana dan Meitria yang dilakukan pada tahun 2020 menyebutkan bahwa penyuluhan HIV/AIDS dapat meningkatkan sikap siswa-siswi sekolah menengah Atas. 

Dari beberapa hasil penelitian terkait penyakit HIV/AIDS yang dialami oleh kalangan remaja, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan siswa, peran guru, peran media informasi (internet), dan teman sebaya dengan tindakan pencegahan infeksi HIV/AIDS. Variabel peran teman sebaya memberikan hubungan paling dominan terhadap tindakan pencegahan infeksi. Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap siswa dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.

2. Faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah dorongan seksual dan faktor lainnya adalah pengalaman seksual.

3. Diperlukan peningkatan strategi sosialisasi dan penyuluhan pada kelompok remaja usia 15--24 tahun. Juga pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan pengetahuan tentang upaya pencegahan HIV-AIDS pada kelompok masyarakat agar masyarakat dapat memberikan keteladanan, sikap, afektif serta paternalistik yang dapat menjadi contoh para remaja agar berperilaku seks yang aman dan sehat untuk upaya pencegahan IMS, HIV-AIDS.

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV/AIDS yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif masyarakat khususnya remaja terkait HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan bukan hanya berhubungan dengan komunikasi informasi, tetapi juga berhubungan dengan adopsi motivasi, keterampilan dan kepercayaan diri untuk melakukan tindakan memperbaiki kesehatan. Tingkat pengetahuan remaja menjadi poin penting dalam program pencegahan dan menurunkan angka kejadian HIV/AIDS. 

World Health Organization (WHO) mencanangkan program MDGs (Millenium Development Goals), dengan salah satu target diantaranya adalah memerangi HIV/AIDS. Salah satu indikator yang digunakan adalah prevalensi penduduk yang berusia 15-24 tahun, dimana usia tersebut masuk ke dalam kategori remaja. Begitu pula dengan United Nation General Assembly Special Session on Drugs (UNGASS) yang mendeklarasikan target 95% remaja usia 15-24 tahun mendapatkan akses informasi, edukasi, dan pelayanan terhadap informasi HIV/AIDS yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan hidup untuk mengurangi kerentanan remaja terhadap HIV/AIDS.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline