Lihat ke Halaman Asli

Puisi| Sunyi

Diperbarui: 9 Juli 2017   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menjelang tengah malam sehabis gerimis
perempuan itu menelusuri lorong sunyi

angin malam menemaninya di jalanan basah
menyibak nakal rambutnya yang panjang
menebar rasa dingin di sekujur tubuhnya
ah, hanya angin yang menemani sunyinya

ada warna-warni lampu jalan
ada dentuman suara musik terdengar
ada gelak tawa orang di pinggir jalan
ada kepulan asap rokok menghangatkan malam
tetapi dia dipeluk dan diperkosa sunyi
tak kuasa meronta melepaskan diri

tak ada yang tahu suara hatinya
batinnya menangis!
hidup ini tidak adil!
kebenaran dibungkam!
kezaliman meraja-lela!
orang munafik bebas tertawa!

apakah dewi keadilan berselingkuh
dengan bandit jalanan?

apakah dewi cinta berselingkuh
dengan penjahat malam?

jangan-jangan
kebenaran itu hanya impian
keadilan itu hanya utopia
cinta hanya khayalan

dengan mata terpejam dia bertanya
mengapa keadilan selalu ada di jalan sunyi?

(jakarta -- 19/12/2015)

Juga ditayang di  blog pribadi saya di sini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline