Oleh Rica Susanty, M.Pd
Apa yang dipikirkan ketika kita mengetahui seseorang yang di-tuding sebagai pelacur pendidikan, penghianat pendidikan, atau bernyawa titipan? Dituding secara semena-mena tanpa mencari tau sebab musababnya? Dengan kata lain langsung dituduh tersangka? Anda bersalah, menyoroti sedemikian rupa padahal kesalahannya tidak seberapa? Bukan hanya hal yang tidak mengenakan lainnya, tetapi bisa jadi dikucilkan dengan cara kurang bijaksana dan tidak terpuji oleh pimpinan, penguasa, atau lingkungan di mana dia bekerja.
Di beberapa negara anta-beranta hal semacam di atas tabu untuk dibicarakan. Apalagi membicarakan kepimpinan atau kekuasaaan seseorang. Tidak adakah sela demokrasi untuk membahasnya?
Serugi-ruginya seorang pimpinan atau penguasa yang membawahi beberapa bawahan pada semua aspek. Hal ini yang paling tidak dienakan adalah menjadi bawahan. Bawahan yang dianggap selalu bersalah. Bawahan, anak buah, atau anak bawang dan istilah lain selalu diincar untuk dijadikan umpan peluru untuk berbagai tindak kesewenangan. Kekuasaan yang tidak adil, arogan, dan otoriter. Tidak ada penghargaan dari atasan. Pimpinan yang bertindak sesuai dengan acuan norma. Dengan berbagai alibi dan tuduhan yang dicari-cari untuk memojokkan seorang bawahan. pimpinan atau penguasa semacam inilah yang akan merusak citra pendidikan..
Berbagai cara dilakukan seseorang untuk memuaskan jabatan dan kekuasaan yang sementara tersebut, sekedar untuk dijuluki Pahlawan Pendidikan. Pendidikan adalah hal paling dasar untuk disoroti. Dunia pendidikan harusnya bersih dari segala upaya pembohongan publik dan pencitraan semata. Dunia pendidikan sebagai contoh real karena bersentuhan langsung dengan orang-orang didalamnya yang akan didik yakni, peserta didik atau siswa. Siswa secara langsung adalah pemerhati dan penerima langsung pendidikan yang didapatnya. Pendidikan yang salah mempengaruhi karakter peserta didik akan lebih baik atau menjadi buruk. Siswa adalah penilai utama, penilai tanpa bayaran, dan pemeriksa kesempurnaan pendidikan kemudian hari. Dengan asumsi apakah penilai pendidikan nanti akan berhasil atau tidak akan berdampak kemudian setelah 15 tahun mendatang dengan mengusung program generasi emas.
Jika kekuasaan sudah berbicara, kejernihan pikir seseorang akan terputar balik menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah. Tindakan ini tentu tidak mencerminkan kebijaksanaan seseorang apalagi seorang pimpinan yang dapat dijadikan contoh keteladanan. Pengaruh kepimimpinan yang kebablasan dengan hanya mendengar pengaruh satu belah pihak tanpa konfirmasi dua belah pihak, sungguh suatu contoh yang tidak diharapkan untuk generasi emas mendatang.
Seorang penguasa tentu menjadi sosok atau pigur yang secara langsung mengajarkan cara menghargai orang lain. Pemimpin yang low profile sekaligus visioner tentu didambakan sebagai pahlawan di tengah kegersangan pendidikan saat ini. Pimpinan yang tidak memihak, bijaksana, jujur, visioner, dan superhero dianggap paling keren dewasa ini dan kedepannya mungkin dapat menjadi pahlawan pendidik secara nasional, pahlawan pendidik di lingkungan sekomunitas pendidik, atau paling tidak pahlawan pendidik di hati peserta didik
Menilik kata beberapa kriteria pendidik yang visioner dan superhero tentu akan mengingatkan kita dengan perjuangan masa lalu. Pejuang masalalu berjuang penuh ketulusan, rela berkorban demi tanah air semata. Jika dibandingkn dengan pejuang pada masa kini, lebih mengutamakan demi uang, demi tahta, jabatan, dan kejayaan yang tiada batas. Jiwa kepemimpinan dewasa ini telah hilang. Pejuang masa kini nyata-nyata hanya untuk kepuasan duniawi dan kepuasan diri pribadi.
Pertanyaan dewasa ini bisakah kita menumbuhkan jiwa pimimpin yang sama dengan pejuang masa lalu. Yang hanya berpikir untuk kepentingan rakyat banyak. Bukan hanya omdong dan pencitraan yang disebar dan tebar pesona mencari nyawa pada pejabat di atasanya? Malukah pada para pimpinan dahulu yang kita nobatkan sebagai pahlawan sebenarnya? Pemimpin masalalu yang telah mengajarkan dan mencari kebenaran menjadi pahlawan sejat. Dan bukan Pahlawan bayangan yang mengaku pahlawan tapi semu saja adanya. Artinya menentukan seorang pahlawan, pakar, atau istilah lain sejenisnya harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
jika kita telusuri kembali mengapa ada kata pahlawan, populer, pakar, dan istilah lain. Kemudian ada hari pahlawan untuk mengenang kepahlawanan seseorang. Bahkan di setiap negara memperingati hari kepahlawanannya di negaranya masing-masing. Alasan yang tepat karena setiap harinya harus terus lahir pahlawan-pahlawan sejati yang diharapkan dapat memacu semangat generasi mendatang. Pahlawan yang lahir dari seorang pemimpin, dari seorang ibu, dari seorang anak, atau dari seseorang yang tak dianggap berarti sekalipun. Pahlawan bisa lahir dari manapun. Di semua negara Peringatan hari pahlawan di Namibia diperingati setiap 26 Agustus, di Filipina Hari Pahlawan Nasional (Araw ng mga Bayani) jatuh setiap tanggal 30 Agustus, di Zimbabwe jatuh pada tanggal 11 Agustus, dan negara lainnya.