Lihat ke Halaman Asli

Memicu Rasa Ingin Tahu Belajar Siswa SD dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Diperbarui: 5 Juli 2024   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis: Ririn Setyowati, Adhi Krisna Maria Agustin

Pendidikan merupakan gerbang menuju masa depan yang penuh peluang dan kesuksesan. Pepatah bijak ini bukan isapan jempol belaka. Di era globalisasi yang penuh tantangan dan kompetisi, memiliki bekal pendidikan yang memadai menjadi kunci utama untuk meraih cita-cita dan mewujudkan mimpi.

Sekolah Dasar (SD) sebagai jenjang pendidikan awal memegang peranan krusial dalam membuka gerbang tersebut. Di sinilah fondasi pengetahuan dan karakter anak mulai dibangun. Oleh karena itu, memicu rasa ingin tahu belajar siswa sejak dini di SD menjadi sebuah keharusan.

Rasa ingin tahu bagaikan api yang membakar semangat belajar. Ia mendorong anak untuk menjelajahi dunia ilmu pengetahuan dengan penuh semangat. Rasa ingin tahu ini perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini agar anak terdorong untuk belajar secara mandiri dan berkelanjutan.

Berdasarkan hasil need asesmen di salah satu SD di Salatiga untuk mengetahui tingkat rasa ingin tahu belajar siswa terkait pembelajaran, hasil yang didapat menunjukkan bahwa rasa ingin tahu mereka mengenai pembelajaran masih kurang. Rendahnya rasa ingin tahu siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti metode pembelajaran yang monoton, kurangnya variasi media pembelajaran, dan kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Kondisi ini dikhawatirkan dapat menghambat proses belajar mengajar dan menurunkan prestasi siswa.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Strategi yang dapat diterapkan adalah pembelajaran berdiferensiasi. Dengan memicu rasa ingin tahu siswa dengan melakukan strategi pembelajaran berdiferensiasi diharapkan nantinya akan meningkatan hasil belajar siswa, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surwatingingsih (2021) yang menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar.

Menurut Tomlinson (2001: 45) pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Tetapi pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 30 cara yang berbeda untuk mengajar 30 orang murid.  Strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat dilakukan yaitu dengan:

1. Diferensiasi konten: Materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum.

  • Membedakan pengorganisasian
  • Membedakan format penyampaian

Kita perlu menyesuaikan cara bagaimana murid kita bisa mengakses konten tersebut sesuai dengan kebutuhan belajar mereka namun bukan mengubah atau menurunkan standar kurikulum.

2. Diferensiasi proses: Kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai konten atau moda, dalam berbagai tingkat kesulitan, waktu, dan tingkat dukungan yang berbeda.

  • Membedakan proses yang harus dijalani oleh murid  

Diferensiasi proses memungkinkan murid-murid kita untuk memaknai lewat beragam cara atau moda, dalam berbagai tingkat kesulitan, waktu, dan tingkat dukungan yang berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline