Lihat ke Halaman Asli

Gen-Z, Gen Alpha, dan Pahlawan Nasional

Diperbarui: 12 November 2024   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gen Z, Gen Alpha, dan Pahlawan Nasional

Di Bumi Pertiwi Indonesia ini, tanggal 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan. Alasan mengapa hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November adalah berkaitan dengan peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya antara tentara dan milisi Indonesia melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia.  

Berbicara mengenai hari Pahlawan, tentu saja erat kaitannya dengan para pahlawan Nasional Indonesia itu sendiri. Bung Tomo, contohnya, yang merupakan salah satu tokoh yang berperan besar untuk mengorbankan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran 10 November, merupakan salah satu pahlawan Nasional Indonesia. Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien, Kapitan Pattimura, adalah beberapa contoh pahlawan nasional lainnya.

Ingatan saya kembali pada masa-masa saya bersekolah dahulu, khususnya ketika pelajaran sejarah membahas tentang pahlawan-pahlawan nasional. Betapa saya sangat menikmati keseruan kisah-kisah mereka yang berjuang memperebutkan kemerdekaan bangsa Indonesia termasuk intrik-intrik dan strategi yang digunakan. 

Strategi perang gerilya yang digunakan oleh Pangeran Diponegoro yang kemudian digunakan juga oleh Jenderal Sudirman bertahun-tahun kemudian dengan tujuan yang nyaris sama, menguasai kembali Yogyakarta misalnya, atau kisah perang sampai titik darah penghabisan yang dikenal dengan sebutan Perang Puputan Margarana yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. 

Ada pula pahlawan versi lain, yang sama-sama berjuang untuk memerdekakan rakyat Indonesia, setidaknya merdeka dari kebodohan, yaitu Raden Ajeng Kartini dan Raden Dewi Sartika, kedua pahlawan nasional yang berjuang agar kaum wanita Indonesia memiliki pendidikan dan memiliki wawasan yang terbuka, dan tidak hanya tinggal saja di rumah mengurus suami dan anak-anak.

Bagi warga negara Indonesia yang masuk ke dalam golongan generasi X dan Y atau Generasi Milenial - termasuk saya, nama-nama pahlawan di atas beserta kisah-kisah mereka mungkin masih cukup familiar. Namun saya berpikir, apakah generasi setelahnya yaitu Gen Z dan Gen Alpha juga mengenal pahlawan-pahlawan nasional Indonesia sebaik generasi pendahulu mereka mengenal kisah para pahlawan tersebut?

Mereka mungkin pernah naik pesawat atau mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Tidak jarang juga melewati Jalan Sudirman baik yang berada di Kota Jakarta, Bandung, atau beberapa kota lain di Indonesia. Raden Ajeng Kartini, mungkin salah satu pahlawan yang paling familiar karena adanya perayaan peringatan hari Kartini di sekolah-sekolah. N

amun, seberapa dalam mereka mengetahui kisah perjuangan para pahlawan tersebut? Apakah mereka mengetahui dengan pasti alasan mengapa nama para pahlawan tersebut diabadikan sebagai nama jalan atau tempat umum? Bagaimana dengan para pahlawan nasional Indonesia lainnya yang mungkin kurang terkenal di kalangan Gen Z dan Gen Alpha? Mungkin mereka sama sekali tidak mengetahui siapakah Tan Malaka atau Frans Kaisiepo. 

Atau mungkin mereka mengetahui ada pahlawan bernama Pangeran Antasari atau Christina Martha Tiahahu, namun untuk menceritakan secara singkat perjuangan mereka pun mungkin anak-anak yang lahir dan masuk golongan kedua generasi tersebut tidak dapat melakukannya dengan fasih.

Pertanyaannya, seberapa pentingkah pahlawan nasional Indonesia dikenal oleh generasi muda saat ini khususnya Gen Z dan Gen Alpha? Memang masih terdapat ribuan pahlawan lainnya yang tak dikenal dan belum diberi gelar sebagai pahlawan nasional yang tentu saja berkontribusi bagi kemerdekaan bangsa ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline