Lihat ke Halaman Asli

Ririn Mufidah

akuntan, pelukis, penulis

Puisi | Malaikat Cantik Kiriman Tuhan

Diperbarui: 18 Maret 2020   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc Pri

Mencintaimu, tanpa persyaratan
Menjauhimu, hal yang takkan pernah bisa kulakukan

Engkau takdir yang tak bisa ku pilih
Engkau takdir yang tak bisa ku ganti
Cinta terbesar ku temukan dari matamu yang berbinar
Mata indah yang ikut menangis ketika hatiku teriris

Belaian lembut mesra dari tanganmu nan indah
Tangan yang menyuapkan makanan agar perutku tak kelaparan
Engkaulah sang ibu, pemilik tangan hangat kiriman Tuhan

Bibir yang ajarkan kata demi kata agar bisa berucap dengan lancar
Tutur nan lembut bak hembusan angin
Bagaikan nyanyian dalam balutan mimpi malam

Punggung yang menopang berat badan ketika dalam gendongan
Dialah pemilik dekapan ternyaman yang pernah ku rasakan
Kaki yang seringkali tertatih ketika mengajariku berjalan
Takkan terlupakan segenap langkah dan perjuangan

Perut yang telah rela membesar

Hanya untuk menantiku terlahir

Pertaruhkan nyawa persembahkan kehidupan yang baru

Hanya demi aku putrimu
Terimakasih, Malaikatku


Aku terharu, Ibu
Terharu melihat gurat kerut di dahimu
Malaikat cantikku sudah tidak semuda dulu
Sebagian hidupnya telah untuk merawatku
Tidur lelapnya telah banyak terganggu oleh jerit tangisku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline