Lihat ke Halaman Asli

Ririn Mufidah

akuntan, pelukis, penulis

Puisi | Cinta dan Amarah

Diperbarui: 18 Agustus 2019   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc Penulis Panorama Malam

Langit malam telah menggelap
Bintang malam telah menetap
Bertaburan dan berkedap-kedap
Panorama alam terindah sebagai atap

Jendela kamar terbuka lebar
Angin dingin malam bergerak menampar
Hembusannya sekuat cengkeraman akar
Suaranya Seberisik halilintar

Hati ini memerah terbakar
Panasnya bagaikan besi yang terbakar
Khayalan terbang tinggi bak burung camar
Saat dirimu bungkam enggan berikrar

Gurat wajahmu masam tanpa senyuman
Ku tatap matamu sembari ketakutan
Khayalanku pecah penuh angan
Karena ku disini takut kehilangan
Cinta tulusmu yang membuatku nyaman

Antara cinta dan amarah
Aku sayang namun aku gundah
Kau dan aku tiada yang salah
Keadaanlah yang membuat resah
Kesalahpahaman yang tak terarah

Aku tau ini tak baik
Kita hanya berusaha tuk melakukan yang terbaik
Cinta kita sungguh unik
Selalu mencari cara untuk berbalik
Hingga kita melupakan masalah yang pelik

Aku hanya mencintaimu, kaupun begitu
Kau hanya merindukanku, akupun begitu
Kita hanya manusia sekeras batu
Dapat bersatu oleh cinta yang satu
Lupakan masing masing ego yang kaku
Hanya untuk bersatu

Ego kita sama-sama ditekan
Amarah dilebur dan dipadamkan
Kesalahpahaman direkonsiliasikan
Saling pengertian ditingkatkan

Hanya cinta yang dapat melunakkan
Serpihan hati yang telah berantakan
Hanya kelembutan yang bisa memadamkan
Guratan amarah yang merisaukan

Senyum itu terpancar lirih
Kata-kata mulai bergeming
Sampai saat itu terjadi
Hati ini mulai mendingin
Jiwa ini mulai damai

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline