Lihat ke Halaman Asli

Duta Baca Dompu: Sepercik Pelita yang Dirindukan Anak Pelosok

Diperbarui: 12 Oktober 2019   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Anak-Anak itu berlarian menuju mobil putih bergambar pelangi yang bergerak masuk dari mulut gang menuju lapangan bola. Kaki kecil mereka terasa amat ringan dengan senyuman yang tersungging lebar disertai mata yang berbinar. Tawa mereka terdengar merdu saat kami membuka pintu mobil. Tak berpikir panjang aku segera merangkul tubuh-tubuh mungil itu dengan rasa cinta yang teramat dalam kepada generasi harapan bangsa ini. Demikian lah perasaan yang selalu terlintas dalam benakku setiap kali bertatapan muka dengan anak-anak di desa. Mereka terlalu polos dan lugu seakan tidak pernah tahu bahwa dunia di luar sana sudah berkembang sedemikian rupa. Zaman terus meninggalkan mereka tanpa warisan (ilmu), sebab warisan itu masih terkubur dalam tanah dan belum ditemukan petanya. 

Beberapa hari lalu saya membaca berbagai artikel mengenai kedangkalan angka literasi di Indonesia yang sangat rendah. Hal ini bukan menjadi sesuatu yang baru untuk didengar. Kualitas pendidikan saja masih tertinggal, bagaimana lagi dengan budaya literasinya. Sebagaimana data di tahun 2015 dari sebuah survei yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) bahwa skor literasi Indonesia peringkat ke-62 dari 72 negara. Hal ini juga salah satunya disebabkan oleh rendahnya minat dan keterbatasan akses. Adapun berdasarkan hasil survei World Culture Index Score 2018 Indonesia menempati peringkat 60 dari 61 negara dalam hal literasi dan membaca.

Jika data tersebut menggambarkan keadaan literasi pada umumnya di masyarakat Indonesia, maka bayangkanlah keadaan di sebuah daerah terpencil dimana sekolah-sekolah masih belum bisa  memberikan pendidikan yang tuntas. Oleh karena itu, saya ingin menuliskan pengalaman berharga di daerah kepada para pembaca.  Semoga menjadi penambah wawasan dan sumber inspirasi bagi semua. 

Sebuah kesempatan yang hingga saat ini saya syukuri adalah pernah menjadi bagian dari titik-titik cahaya penerang di antara anak-anak desa. Walaupun langkah saya masih amat jauh dari kata banyak dan besar, namun sejengkal pun sudah dikatakan bergerak;tidak diam. Setidaknya lebih baik bergerak sedikit daripada tidak pernah melakukan apa-apa. 

Sebelumnya perkenalkanlah kami sebagai Duta Baca Dompu (saat itu). Foto di atas diambil pada bulan Juni tahun 2016. Saat itu merupakan kedua kalinya kami pergi ke Desa Bara Kabupaten Dompu. Kami yang beranggotakan tujuh orang tersebut tengah mengadakan kegiatan perpustakaan keliling bersama dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Dompu.

Kami adalah duta yang mengemban tugas untuk mengenalkan budaya literasi di tengah kebutaan masyarakat tentang membaca dan menulis. Kami adalah siswa-siswi pilihan yang berasal dari SMP dan SMA se-Kabupaten. Mengapa pilihan ? karena kami telah melalui tahapan seleksi sebelumnya. 

Pertama-tama kami direkomendasikan oleh sekolah untuk mengikuti kontes pemilihan duta baca tersebut, tentunya karena kami adalah pengunjung perpustakaan sekolah yang (bisa dikatakan) ter-rajin. Sebagian dari kami  juga merupakan siswa yang aktif di KIR (Karya Ilmiah Remaja) di sekolah ataupun yang berkecimpung dalam OSIS. Kemudian kami melakukan berbagai tes mulai dari kemampuan menulis dan berbicara. Hingga pada akhirnya kami yang telah masuk babak penyisihan mengikuti serangkaian wawancara dengan pihak Perpustakaan Daerah. Ya, disanalah perjalanan kami dimulai. 

Menjadi duta baca bukanlah hal yang mudah karena kami berhadapan dengan masyarakat yang masih tertinggal jauh dibandingkan keadaan di kota. Sasaran utama kami pada saat itu adalah anak-anak di desa karena mereka memiliki antusiasme yang tinggi dibandingkan orang dewasa. Kami bersepakat untuk menyusun tiga program utama, yaitu melakukan pelatihan Pandai Membaca, Pandai Menulis, dan Pandai Berbicara bagi siswa SMP dan SMA. 

Program Pandai Membaca inilah yang direalisasikan dengan Perpustakaan Keliling. Program ini adalah yang paling saya sukai karena bisa secara langsung melihat antusias anak-anak membaca. Siapa yang tidak terharu ketika melihat anak-anak berebutan dengan sangat tidak sabar untuk memilih buku-buku yang kami bawa.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline