Lihat ke Halaman Asli

Ririn Karina

Mahasiswa sejarah peradaban islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

jamaludin-alfghani;tokoh pembaru islam dan penggerak pan-islamisme

Diperbarui: 15 Desember 2024   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkas:Sayyid Dschaml ad-Dn al-Afghn.jpghttp://www.nmhschool.org/tthornton/images/afghani.jpgambar 

Jamaluddin Al-Afghani lahir di Asadabad, Afghanistan, pada tahun 1839. Ia dikenal sebagai seorang pemikir, pemimpin politik, dan tokoh pembaru Islam yang berpengaruh besar di dunia Islam pada abad ke-19. Pendidikan awalnya dimulai di kampung halaman dan dilanjutkan ke Kabul serta Iran.Pendidikan ini membentuk dasar pemikirannya sebagai seorang modernis Muslim yang memadukan nilai-nilai Islam dengan tuntutan modernitas.Di usia 22 tahun, al-Afghani mulai terjun ke dunia politik dengan menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Beberapa tahun kemudian, ia menjadi penasihat Sher Ali Khan dan akhirnya menjabat sebagai Perdana Menteri. Namun, campur tangan Inggris dalam politik Afghanistan memaksanya meninggalkan negaranya. Ia kemudian melanjutkan perjalanan intelektual dan politiknya ke India, Mesir, dan berbagai negara lainnya.

Pada tahun 1871, al-Afghani tiba di Mesir dan menetap selama delapan tahun. Meskipun waktu tinggalnya relatif singkat, pengaruhnya terhadap kaum intelektual Mesir sangat besar. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh, tokoh reformis Mesir yang kemudian melanjutkan gagasan modernisasi Islam.Dalam pengembaraannya, al-Afghani juga mengunjungi Paris pada tahun 1883 dan mendirikan organisasi Jam'iyat al-Wustqa bersama kaum intelektual dari berbagai negara seperti Mesir, Suriah, India, dan Afrika Utara. Organisasi ini bertujuan memperkuat solidaritas umat Islam untuk melawan kolonialisme dan dominasi asing. Selain itu, ia juga diundang ke Rusia pada tahun 1889 untuk menjadi mediator dalam konflik antara Rusia dan Persia, meskipun akhirnya ia diusir akibat perselisihan dengan Syah Nasir al-Din.Pada tahun 1892, al-Afghani diundang oleh Sultan Abdul Hamid II ke Istanbul. Namun, ide-idenya yang progresif, terutama terkait demokrasi dan reformasi, bertentangan dengan kekuasaan Sultan. Akibatnya, ia dipenjara sebagai tahanan politik hingga wafatnya pada tahun 1897.

Salah satu ide besar al-Afghani adalah Pan-Islamisme, yaitu gagasan untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia sebagai upaya melawan kolonialisme. Menurut al-Afghani, solidaritas politik umat Islam adalah kunci untuk mempertahankan kedaulatan di tengah tekanan kekuatan asing.Ia juga mendorong populisme sebagai pendekatan politik yang berlandaskan prinsip keadilan.Al-Afghani percaya bahwa pemerintahan konstitusional berbasis rakyat adalah bentuk pemerintahan yang paling adil dan efektif dalam melindungi kepentingan umat Islam. Ide ini ia serukan saat melihat campur tangan Inggris dalam urusan politik Mesir.Sebagai pembaru, al-Afghani menyoroti beberapa penyebab kemunduran umat Islam:

1.Meninggalkan ajaran Islam yang hakiki.

2.Kurangnya pemanfaatan akal dan ijtihad, yang digantikan oleh taklid buta.

3.Rendahnya perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan akhlak.

4.Minimnya penerapan prinsip musyawarah dalam pemerintahan.

Ia menekankan pentingnya penafsiran ulang Al-Qur'an dan Al-Hadits sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut al-Afghani, Islam adalah agama akal yang mendorong kebebasan berpikir, sehingga sangat relevan untuk menjadi landasan masyarakat modern. Ia juga menilai bahwa Islam bersifat dinamis karena mengajarkan tanggung jawab terhadap kehidupan duniawi,selain juga bersifat spiritual.

Di Paris, al-Afghani aktif mempromosikan ide-ide pembaruan Islam melalui tulisan-tulisannya di berbagai media. Ia percaya bahwa umat Islam perlu bangkit melalui pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan.Di Mesir, ia memainkan peran besar dalam menginspirasi gerakan reformasi pendidikan, memperluas kurikulum lembaga pendidikan, dan menggugah semangat kaum Muslimin untuk mempelajari disiplin ilmu filosofis dan ilmiah.Pengaruhnya terasa hingga ke berbagai negara Muslim. Ide-idenya tentang Pan-Islamisme dan reformasi Islam menginspirasi banyak pemimpin Muslim untuk melawan kolonialisme dan memperjuangkan pembaruan di dunia Islam.Jamaluddin al-Afghani dikenang sebagai tokoh pembaru Islam yang berhasil menghidupkan kembali semangat rasionalitas dalam penafsiran ajaran Islam. Ia meyakini bahwa Islam tidak hanya relevan untuk semua zaman dan bangsa, tetapi juga mampu menjadi fondasi bagi masyarakat ilmiah yang modern.Warisan al-Afghani melampaui zamannya. Ia tidak hanya menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme, tetapi juga seorang pelopor pembaruan yang menyerukan umat Islam untuk bangkit dari keterpurukan melalui pendidikan, ilmu pengetahuan,dan persatuan politik. Gagasan-gagasannya tentang Pan-Islamisme dan ijtihad terus menjadi inspirasi dalam menghadapi tantangan modernitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline