Lihat ke Halaman Asli

Gencarkan Pengamatan Cuaca Berbasis Pesawat

Diperbarui: 3 Juni 2017   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Setiap 15 (lima belas) tahun sekali  jumlah maskapai penerbangan meningkat 2 kali lipat,yang tentunya hal ini menyebabkan kerumitan lalu lintas penerbangan. Kondisi inilah yang menjadikan kita lembaga-lembaga yang tekait transportasi penerbangan untuk terus melakukan langkah-langkah bagaimana meningkatkan keselamatan transportasi penerbangan.

Informasi parameter cuaca yang akurat menjadi faktor penting untuk mendukung padatnya lalu lintas penerbangan. Informasi cauca meningkatkan efisiensi pengoperasian pesawat, terutama dalam penggunaan bahan bakar . Selain itu, informasi cuaca sangat penting untuk keselamatan penerbangan.

Kondisi cuaca berada di urutan kedua sebagai faktor yang paling mengancam keselamatan penerbangan. Informasi cuaca yang akurat, baik di darat, maupun di rute penerbangan seharusnya dengan mudah diperoleh penerbangan. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan pesawat terbang untuk mengirim data cuaca.

Berdasarkan data BMKG, bahwa beberapa pesawat terbang mengalami turbulensiberulang-ulang kali diwilayah Indonesia. Dari beberapa kejadian turbulensi yang terjadi mengakibatkan terjadinya kecelakaan pada skala kecil- menengah.

Turbulensi tidak hanya disebabkan dari kondisi cuaca yang kurang baik, tetapi kondisi cuaca yang baik pun menimbulkan turbulensi yang biasa kita sebut CAT (Clear Air Turbulance). Kondisi ini sangat mengkhwatirkan para pilot.

CAT adalah jenis turbulensi yang kejadiannya tidak terkait dengan kehadiran awan. Oleh karenanya, jenis turbulensi ini sulit atau tidak bisa dideteksi secara visual oleh pilot ataupun dengan menggunakan radar cuaca konvensional.

Pada umumnya, turbulensi dialami oleh pesawat yang terbang melintas daerah berawan, namun tidak dengan CAT ini. CAT justru terjadi pada ruang udara yang tidak berawan dan seringkali datang secara tiba-tiba, tanpa adanya peringatan. Turbulensi jenis ini biasanya akan sulit dihadapi oleh para pilot.

Turbulensi CAT terjadi pada ketinggian 20000 kaki atau sekitar 6 kilometer, dan biasanya terjadi di dekat aliran angin yang (sempit dan) kencang atau biasa disebut jet stream.

Menyadari kondisi ini, maka Indonesia melalui BMKG memperkenalkan pengamatan parameter cuaca berbasis dalam program AMDAR (Aircraft Meteorological Data Relay) karena hanya maskapai penerbangan Indonesia yang belum berpatisipasi pada AMDAR.

Data AMDAR dapat menjadi informasi bagi pesawat agar menghindari fenomena cuaca berbahaya di rute penerbangan seperti turbulence, icing dan fenomena lainnya.

Hampir dari 40 (empat puluh) di seluruh dunia dengan jumlah pesawat lebih dari 4000 unit  ikut berperan pada program AMDAR ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline