Lihat ke Halaman Asli

Senja Terakhir

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja masih menggantung menanti sang camar kembali kesarang,dan perlahan menuntun sang mentari pulang keperaduannya.warna orens bercampur awan yang mulai menghitam menggeliat menaungi sore.Angin yang berhembus sepoi2 seakan ikut menanti hadirnya sang malam,Perlahan sang surya mulai beranjak pergi,warna pantulan cahayanya sungguh mempesonakan setiap mata yang melihat.

Aku masih tersandar di ujung jendela,menikmati sang senja untuk terakhir kalinya dari tempat ini.Warnanya selalu menarikku untuk terus menyukainya.Sejak aku kecil aku begitu menyukai saat dimana senja mulai menjemput sang surya,bagiku saat itulah saat yang paling indah,tentunya jika hujan tak turun.

“mei-mei,,,” seseorang memanggilku.

Aku tersadar dari lamunanku menikmati senja,kutolehkan kepalaku mencoba mencari sosok yang memanggilku.

“keke,,,” seakan aku tak percaya akan kehadirannya

Lelaki itu salah satu petugas rumah sakit tempat nenekku di rawat,dia yang selalu mengantar aku dan nenek setiap ada pemeriksaan.Lelaki berkacamata itu hanya sekali berbicara denganku,tapi sekarang dia tiba2 menyapaku diujung senja.Sel2 otakku berloncatan ingin tahu ada apa ini?Aku hanya terdiam,masih berusaha menyusun pertanyaan untuknya,

“mei-mei” lelaki itu kembali memanggilku,tapi kali ini suaranya lebih lirih,

“maaf,ada apa dengan nenekku sampai Keke datang menemui saya di sini?”

Lelaki itu tersenyum mendengar pertanyaanku.

“kok malah senyum,” hardikku

“nggak boleh ya Mei?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline