Lihat ke Halaman Asli

Selingkuh

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pertautan cinta kita saling mengadu nasib, aku begitu sibuk membunuh rasa yang semakin meraja dalam dada, kita hanya menabur angin dalam gulungan badai yang menanti dipenghujung waktu, aku berserikat dengan kegelapan, aku bersekutu dengan cinta semu, hingga dunia memaki, merajam dengan kebencian!

dibalik catatan bisu akan segala cerita, sesalku terbalut cinta palsu, segenap rasa menjeritkan keresahan, aku mendamba kedamaian, aku pun merindu kasih dari Sang Maha Kuasa.
aku hanya ingin kembali  pulang dalam rengkuh cintanya, meniti hari, merajut rindu di sepanjang waktu hingga penghujung usia senja

saat cinta diam dipersimpangan, kau meradang dalam bekunya diam. Maaf sayang, aku tak dapat bersama mu lagi, kita hanya berada dalam kegelapan, kita hanya kepingan kata yang tak pernah dapat menjadi kalimat utuh. Kau dan aku hanya akan berdiam bersama ilusi, jadi biarkan kubunuh rasaku sejak saat ini..

warna senja memisahkan kita dari sebuah cinta rahasia, biarkan ku kembali bersamanya
dan biarkan ku mengenangmu sebagai rekah gairah yang kusimpan ditempat bernama entah
seperti cinta yang hilang,
dipertanyakan ketika datang

Jakarta, April’13

#Antologi Puisi 'Pulang'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline