Lihat ke Halaman Asli

Siapa Bilang “Anime for Kids”?

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1382676028475581893

Banyak orang berkata bahwa anime itu untuk anak kecil. Dan sang penulis yang merupakan penyuka anime malah ditertawakan. Wajar saja, mereka berkata begitu karena hanya tahu anime macam Pokemon, Doraemon, Shincan, Chibi Maruko-chan dan Ninja Hatori, atau Naruto, Detective Conan, One Piece, Beyblade, Gundam, dan Tamiya yang tingkatnya lebih tinggi.

Banyak sekali anime itu, bukan hanya yang pernah anda tonton di dulu-dulu kala. Anime bukanlah kartun, anime itu dari jepang dan kartun itu dari barat. Jika anime itu doraemon, maka kartun itu tom and jerry. Ya, anime itu yang sudah penulis sebutkan di atas, sedangkan kartun itu diantaranya, scooby-doo, Ben10, Mickey Mouse, dan animasi Disney lainnya.

Apakah anda tahu anime berjudul Death Note, Code Geass, atau Bakemonogatari? Bagaimana anak kecil bisa mengerti pertempuran pikiran dan logika antara L dan Light pada anime Death Note? Bagaimana anak kecil juga bisa mengerti kejahatan Lelouch yang demi kebaikan penduduk britania dan jepang pada anime Code Geass? Dan bagaimana anak kecil dapat mengerti sifat super baiknya Araragi Koyomi pada anime Bakemonogatari yang menolong orang yang bahkan tidak pernah bertatap muka dengannya?

Tentunya masih banyak lagi anime yang memang tidak ditunjukkan untuk anak kecil. Dan yang kami-para-penyuka-anime tonton bukanlah tontonan anak kecil yang kebanyakan berupa komedi, yang kami tonton adalah anime bermutu yang mengajarkan arti hidup, memberikan kami semangat, dan belajar untuk pantang menyerah seperti apa yang banyak dilakukan oleh orang-orang jepang yang tekun dan ulet.

Tapi patut diketahui untuk para orang tua sekalian untuk tetap menjaga dan memantau apa yang ditonton anak anda di rumah. Memang di Indonesia jarang sekali anime itu ditayangkan, tapi banyak kemungkinan internet yang menjadi akses untuk mendapatkan episode terbaru anime menjadi sebab anak anda berkarakter buruk. Karena tidak semua anime untuk anak kecil, bahkan, bisa dibilang anime untuk remaja dan dewasa itu lebih banyak. Dan tidak semua pula anime untuk remaja dan dewasa itu mengajarkan hal yang baik.

Anime juga kadang menampilkan kekerasan, porno aksi, kejahatan luar biasa dan hal lainnya yang buruk. Bahkan tentang same sex pun ada animenya.

Itu dikarenakan, zaman sudah beralih, kami pun para penyuka anime harus pandai menyaring apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang patut di contoh dan yang patut ditinggalkan. Meskipun memang banyak pula para penyuka anime yang terjerumus dan menjadi beda daripada yang lain. Dan jujur saja, penulis pun salah satu diantara mereka yang terjerumus, namun bukan ke arah yang berbau porno, akan tetapi ke arah yang berbau amis, ke arah yang rasanya seperti mentega; asin dan jenaka.

Maka dari itu, penulis rekomendasikan agar pembaca terus menjaga tontonan anak-anak tercinta anda di rumah, agar tidak menjadi seperti penulis tentunya.

Dan hati-hati juga untuk anak-anak pembaca yang menonton Naruto ataupun Dragon Ball, walau yang pembaca lihat di televisi hanya sebuah anime perkelahian, atau pertarungan, sebenarnya itu adalah anime yang berisi ero, atau mesum. Walaupun jarang sekali, atau memang sudah lulus sensor sebagian.

1382676108300979938

Dan akhir-akhir ini penulis mendengar ada anime Highschool DxD di TV ikan terbang, ditayangkan jam 5 pagi di hari minggu. Dan yang penulis tahu anime tersebut benar-benar ‘unsafe’, ‘super unsafe’, hanya orang-orang dewasa saja yang patut untuk menonton anime tersebut, walaupun penulis yakin pihak TV tersebut juga sudah uji sensor anime itu. Tapi, harap berhati-hati saja.

Penulis disini bukan untuk kontroversi, walaupun jika anda membaca judul yang penulis tulis, apa yang penulis katakan ini benar-benar kebohongan belaka.

Tapi penulis ingin memberi salah tahu fakta yang tidak banyak orang Indonesia tahu. Penulis hanya ingin memberitahukan apa yang benar. Penulis bukanlah kebenaran itu sendiri, jadi mohon maaf jika penulis secara tidak sengaja menyakiti hati para pembaca sekalian.

________________________________________________________________________________

(Penulis : Riri Aulia, seorang mahasiswa.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline