Isu kenaikan harga BBM membuat banyak pro dan kontra . Saya mendukung kenaikan BBM subsidi karena melihat selama ini subsidinya salah sasaran. Trilyunan rupiah terbakar habis untuk subsidi BBM kendaraan bermotor terutama mobil-mobil pribadi. Saya sering menyaksikan mobil-mobil baru maupun masih baru yang tidak perlu disebutkan merknya disini karena begitu banyaknya, dengan tenteram mengisi bbm subsidi. Sementara saya selalu mengisi BBM non subsidi untuk mobil tua saya, keluaran 1997 tapi masih sangat nyaman dipakai. Kami sekeluarga pantang mengisi BBM subsidi, karena menganggap sama saja dengan warga miskin penerima BLSM. Maap...jangan marah untuk kompasioner yang masih mengisi BBM subsidi.
Masyarakat kelas menengah kita yang tanggung2 ini rata2 ingin hidup enak, punya supir, tidak mau capek nyetir sendiri. Jadi mungkin saja ada yang pake supir terus isi bensinnya yang subsidi. Kalau mobil papah isi yang pertamax kan mobil bagus. Kalau mobil mamah untuk belanja dan antar jemput anak isi yang premium aja. Sayang beli yang pertamax, selisihnya kan bisa untuk nambahin gaji supir. Harga premium 6500,- , sedangkan harga pertamax yang fluktuatif di-rata2kan saja 10.500,-, jadi selisihnya 4.000,-. Setiap mengisi bensin subsidi 20 liter misalnya, berarti dapat selisih 20x4000 yaitu 80.000. Kalau mengisi seminggu 2 kali, sebulan jadi dapat selisih 2x4x80.000=640.000, lumayan untuk tambahan uang makan supir.
Jadi sebenarnya yang paling menikmati subsidi BBM adalah kelas menengah. "Warga Miskin" yang disubsidi oleh pemerintah selama ini adalah mereka2 atau kita2 ini yang netizen, yang mampu beli laptop atau hp atau gadget lainnya. Marilah berkaca pada diri sendiri sebelum mengkritik rencana kebijakan pemerintah menaikkan harga bbm subsidi atau mencabut subsidi sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H