Lihat ke Halaman Asli

Masih Kumuhkah Pulau Untung Jawa?

Diperbarui: 18 Desember 2015   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14316586051653706507

Saya mendatangi Pulau Untung Jawa untuk pertama kalinya sekitar setengah tahun yang lalu. Tepatnya minggu pertama bulan Desember 2014 (beberapa saat sebelum ada pergantian bupatinya di akhir tahun 2014). Dan menuliskan kesan tentang pulau ini juga sebenarnya sudah lama ingin saya lakukan, tapi belum jadi-jadi. Nggak tega. Karena isinya pasti penuh kritik. Sebagai pulau wisata (walaupun hanya kelas backpacker), tempat ini masih kurang keren.

Berangkat dari Dermaga Marina Ancol menggunakan speedboat, perjalanan laut saat itu ditempuh selama sekitar setengah jam. Mendekati dermaga utamanya, mata saya mulai intens memperhatikan keadaan sekeliling, terutama perairan. Wiiyy.. ternyata airnya keruh dan coklat. Beda banget dengan pulau-pulau lain yang terletak di bagian utara di Kabupaten Kepulauan Seribu (milik Provinsi DKI Jakarta) ini. Meskipun belum banyak koleksi pulau yang pernah saya datangi, tapi biasanya sih saya nggak kecewa melihat kondisi air di pulau lain yang masih bening.

[caption id="attachment_417545" align="aligncenter" width="300" caption="Wajah depan pulau sebelum mendarat"][/caption]

Anyway, di sisi kanan dermaga, mata saya langsung berhadapan dengan pantai super sempit karena areanya lebih banyak dipenuhi aneka lapak beratap terpal. Boro-boro bisa untuk santai-santai main pasir dengan tenang tuh. Kayaknya kalo saya berdiri beberapa menit aja di sana pasti bakal langsung ditawarin ini-itu. Di sisi kiri dari dermaga malah lebih parah lagi, yang ini udah nggak pake pantai-pantaian segala, karena sampai beberapa jengkal dari airpun lahannya sudah langsung dimanfaatkan sebagai ‘kantor’ pemilik bisnis aneka penyewaan permainan air yang bertebaran di mana-mana.

[caption id="attachment_417546" align="aligncenter" width="300" caption="Sisi kanan dermaga, pantai sempit karena lapak beratap terpal dimana-mana"]

14316587222001259400

[/caption]

[caption id="attachment_417548" align="aligncenter" width="300" caption="Sisi kiri dermaga"]

1431658848734496227

[/caption]

Turun dari boat dan menyusuri jalan utama di bagian depan pulau (yang berhadapan langsung dengan pantai, eh, salah.. lebih tepatnya berhadapan dengan aneka lapak jualan yang buanyaakkkss banget), ada lagi pemandangan unik: pulau wisata ini ternyata banyak dipenuhi ruang bilas/ruang ganti baju dimana-mana! Aduh.. hehe.. Kalo biasanya di jalan utama yang termasuk wilayah muka dan komersil dari sebuah pulau wisata saya sering melihat aneka penginapan cantik, resto atau toko souvenir macam-macam yang serba ‘menggoda selera’, nah kalo di pulau ini mah beda lagi, yang mendominasi malah bilik-bilik ruang bilasnya..


[caption id="attachment_417549" align="aligncenter" width="300" caption="Banyak ruang bilas milik penduduk di bagian depan"]

14316589871775662917

[/caption]

[caption id="attachment_417551" align="aligncenter" width="300" caption="Tanpa berusaha ngumpet, ruang bilas menghiasai wajah jalanan utama "]

1431659093201445007

[/caption]

Hari itu saya memang nggak hadir untuk main air sih, jadi alhamdulillah nggak harus terlalu kecewa. Seorang tour guide lokal yang mengajak ngobrol sempat menunjukkan area yang katanya biasa dipakai pengunjung untuk berenang (seandainya saya punya niat berenang). Tapi kok warna airnya keruh ya.. bikin saya tiba-tiba saya jadi rada panik dan ketakutan sendiri. Selanjutnya buru-buru memilih untuk menjauhi laut, sampai waktu pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline