Lihat ke Halaman Asli

Kebun Binatang Ragunan Lebih Elit dari Mal Manapun

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14075551652080459937

Udah lama banget saya nggak pernah ke KB Ragunan. Terkahir kali kapan ya.. mungkin waktu masih TK atau SD. Itupun kayaknya rame-rame bareng sama rombongan dari sekolah. Heran, kenapa sebelumnya nggak pernah terpikir untuk sering-sering 'menjelajah alam' ditempat ini, padahal jaraknya nggak jauh dari tempat saya kerja, di Jakarta Selatan. (Biasanya kalo kangen ‘bersentuhan dengan alam’ yang dipikirin malah tempat-tempat wisata komersil yang jauh, selalu diluar Jakarta. Padahal kan biayanya jauh lebih mahal dan nggak bisa sering-sering).

Oo, saya tau, mungkin karena selama ini imej KB Ragunan memang terkesan nggak ‘elit’ kali ya dipikiran saya. Membayangkan Kebun Binatang Ragunan (atau nama resminya Taman Margasatwa Ragunan), rasanya langsung gimanaaaa gitu. Pasti kotor deh, sampah dimana-mana. Uyel-uyelan, panas (kan nggak pake AC, hehe), fasilitas publiknya nggak berfungsi dengan baik alias rusak disana-sini, dan lain-lain.. lagian kalo harus jalan kaki jauh banget kesana-kemari.. waduh, capek ah. Udah gitu kan kasian lagiii liat binatang-binatang disana diculik dari dari habitat aslinya, dibikinin ‘show case’ kecil supaya hidupnya setiap saat bisa jadi tontonan manusia. Lha nanti kalo ternyata saya bisa menikmati mengunjungi mereka, yang ada malah serasa ikut-ikutan vote setuju dong kalo kaum binatang boleh-boleh aja dikandangin semaunya, demi ‘menghibur’ manusia.

Tapi singkatnya, hari Jumat kemaren (8/8) saya malah semangat banget mendatangi tempat itu pagi-pagi. Sengaja pilih Jumat, karena siangnya ada sholat Jumat, jadi pasti pengunjungnya nggak akan serame hari libur (bahkan hari kerja lain yang bukan Jumat). Kebetulan liburan lebaran juga baru selesai, sooo pasti banyak orang yang baru mulai beraktifitas normal lagi sehingga (semoga) nggak kepikiran untuk berkunjung pada saat saya datang nanti.

Dan ternyata bener banget. Ketika hari itu saya sowan, Kebun Binatang Ragunanya memang pas ‘sepi’. Yeeyy..bakal seru nih.

Begitu masuk dari Pintu Utama (Pintu Timur), saya segera bertemu Taman Satwa Children Zoo dibagian depan. Pengen masuk banget iyy, ngebayangin gimana lucunya para babies disana. tapi kayaknya ‘panggilan’ dari Pusat Primata Schmutzer lebih kenceng deh. Akhirnya saya skip dulu aja, langsung menuju wahana yang satu itu dulu.

14075552681909291550

1407555329841727155

1407555380254393272

1407555424795821878

14075554791066877994

14075555451927874580

1407555590222380340

1407555652834811512

14075557011012083637

14075557381794407852

14075557741463174879

14075558161157641975

14075558621059269415

14075558932124304477

Karena sepi pengunjung (dan saya datang sendirian), saat keberkeliling di area yang rimbun (hanya ada jalan setapak) itu rasanya seperti lagi nyasar didalam hutan. Ngeri-ngeri penasaran gimanaaaa gitu. Ditambah lagi saat menjelang jam 12, tiba-tiba mereka jadi ribut banget saling teriak bersahut-sahutan sambil loncat-loncatan (pas kebetulan saya ada dideket mereka lagi). Nah loo, kenapa iniiih.. Pada laper kali ya? Ih, kok malah mirip kayak rombongan karyawan menjelang jam istirahat makan siang..

Capek keliling di Pusat Primata, saya kemudian mulai menjelajah area lainnya. Maksud hati nyari kuda nil, tapir, anoa, akuarium dan komodo. Tapi bingung banget sama area yang luas banget dan minim petugas informasinya. Saya sih maunya keliling ditemenin guide, biar ada yang bisa bantu kasih berbagai info, tapi sayangnya nggak ada.Untuk lembaran map pun sepertinya nggak banyak disediakan, harus minta di gedung Pusat Informasi dulu. Lagipula nggak terlalu detail, tanpa nama jalan dan jangan-jangan juga memang udah lama nggak diperbaharui kali ya? Soalnya kayaknya beda dengan kondisi riil dilapangan. Memang ada juga peta yang ditempel di ‘halte’ tempat istirahat, tapi nggak terlalu jelas karena tanpa keterangan posisi saya lagi berada dimana saat melihat peta itu (maklum, sistem navigasi alami saya memang nggak canggih, selalu kebingunan kalo baca peta).

14075559791008618904

14075560331154474165

1407556088544272183

Karena melihat saya jalan sambil menenteng map yang lebar, seorang mas-mas menegur saya untuk nanya posisi kandang ular. Lha, nggak tau.. saya aja dari tadi nyari tempat reptil nggak ketemu. Petanya nggak terlalu detail. Mau nanya sama petugas, kayaknya nggak ada yang lagi tugas. Seandainya aja ada beberapa pos informasi yang menyebar, asik kali ya.. Kayak di mal-mal gitu.. Eh, tapi kan salah saya sendiri, siapa suruh sengaja nyari momen pas lagi sepi. Ya kalopun ada, pasti lagi pada sholjum dan istirahat dong orang-orangnya.

14075561741978433235

14075562151376223724

1407556281513396436

14075563291884986280

1407556386620545037

14075564181626855103

14075564581433904848

Seandainya aja rumah saya deket dengan KB Ragunan, kayaknya pas banget buat sering-sering dikunjungi. Terutama buat jalan-jalan santai pengganti olahraga pagi atau sore (tempat ini ini bukanya mulai jam 7 pagi, tutup jam 5 sore). Udara yang sejuk bikin saya lupa kalo matahari Jakarta sedang bersinar sangat terik siang itu. Adem euy, banyak pepohonan rimbun. Dimana lagi ada area seluas ini yang pohon-pohonnya bisa tumbuh dengan bahagia. Pantas aja kalo dibilang KB Ragunan sebagai paru-parunya kota Jakarta.

1407556559661547172

14075566311528199765

14075566811490121411

1407556718335191478

1407556812226811048

14075568992050749444

1407556973261384090

14075570111179076016

1407557058146819001

Judulnya, jalan-jalan sederhana saya kali ini mengasikkan banget. Meskipun sendirian (ya iyalaahh.. lagian siapa juga yang mau diajakin jalan-jalan pas hari Jumat siang, iseng amat) dan nggak jadi ketemuan dengan beberapa satwa yang bikin penasaran (soalnya sampe udah pegel banget tetep belom ketemu juga), tapi setidaknya mata saya sudah mulai terbuka terhadap keberadaan tempat ini. Salah banget ternyata kalo banyak orang lebih suka jalan-jalan di mal daripada ke alam bebas seperti ini. Menurut saya jalan-jalan ditempat ini malah terasa jauh lebih elit dibandingkan jalan-jalan ke mal manapun di Jakarta (mungkin karena saya memang nggak sering kesini aja kali ya, keseringannya ke mal, hehe).

Taman Margasatwa Ragunan memang cuma hasil rekayasa manusia dan masih banyaaakss sekali kekurangannya. Terlebih kalo ditilik dari sisi para hewan yang ada dipaksa berada disana, pasti bikin prihatin. Tapi seandainya saya mau melebarkan kacamata sedikit saat melihat situasinya, sepertinya banyak hal positif juga yang bisa didapatkan manusia-manusia yang terbiasa hidup di kota besar dengan keberadaan tempat ini. Anak-anak jadi berkesempatan melihat langsung aneka satwa (saolnya kalo mau melihat langsung harus di habitat aslinya kan jauh, mahal, susah, rada-rada mustahil bagi kebanyakan orang), orangtua bisa mengedukasi anak-anaknya untuk belajar peduli pada alam.. Minimal siapapun yang datang jadi bisa menikmati kualitas udara lebih sehat (walaupun mungkin hanya untuk beberapa jam saat berada di tempat ini).

Semoga aja tempat ini kedepannya makin keren, makin ‘alami’. Siapa tau bisa dijadikan fasilitas yang intens mengedukasi masyarakat (terutama masyarakat Jakarta yang pasti paling banyak berkunjung sehari-hari) untuk mebuat kami semua lebih sadar pentingnya nggak membuang sampah sembarangan, perlunya memperbanyak tanaman dilingkungannya untuk mengurangi polusi udara dan membantu penyerapan air, ikutan gerakan anti penggunaan styrofoam, mengurangi pemakaian plastik sekali buang, dan lain-lain. Enak juga deh, sekali-sekali nggak bisa melihat papan reklame atau iklan produk apapun disekitar kita.

Kemana aja ya saya selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline