Di Kelurahan Nusa Antara diadakan pertandingan sepakbola. Ini bukan pertandingan sepakbola biasa, ini pertandingan sepakbola untuk memperebutkan posisi sebagai lurah dan wakil lurah. Aneh memang, tapi yah, demikianlah adanya. Pertandingan ini diadakan setiap lima tahun sekali, dan selalu ramai serta penuh dinamika. Tapi pertandingan kali ini sedikit berbeda, begini ceritanya.
Bagian Satu : Awal Masalah
Pada mulanya, tidak ada persoalan yang berarti, menjelang pertandingan lima tahunan ini, para sponsor mulai membentuk kesebelasan masing-masing. Berusaha mencari kapten dan wakil kapten yang diprediksi akan membawa kemenangan bagi kesebelasannya. Kapten dan wakil kapten kesebelasan yang menang, akan menjadi lurah dan wakil lurah Nusa Antara untuk lima tahun ke depan.
Singkat cerita, terbentuklah dua kesebelasan. Kesebelasan pertama, Aman dan Indah, disingkat kesebelasan Amin dan kesebelasan kedua bernama Gagah Mantap, dijuluki kesebelasan Gama. Kesebelasan Amin disponsori oleh seorang pemilik percetakan iklan bernama Suta Salo, sementara kesebelasan Gama dibesut oleh Eyang Putri Mejah, pemilik peternakan kerbau. Sampai di sini tidak ada masalah. Kesebelasan Amin dan kesebelasan Gama secara sukses mendaftar di Kantor Panitia Umum, sebuah kantor yang bertugas menyelenggarakan pertandingan.
Persoalan mulai muncul saat Pak Lurah sekarang ingin anak sulungnya ikut bertanding dan harus jadi wakil kapten. Sayangnya, aturan pertandingan menyebutkan, bahwa peserta pertandingan harus berusia minimal 14 tahun, sementara Gi'an, anak sulung Pak Lurah, umurnya baru 13 tahun.
"Hmm, pasti ada caranya". Batin Pak Lurah.
Entah dari mana, tiba-tiba seorang pemuda karang taruna datang ke kantor Musyawarah Kelurahan, meminta agar aturan batas umur 14 tahun diubah. Nah, sampai di sini, persoalan mulai perlahan jadi runyam. Desas-desus beredar di antara warga kelurahan Nusa Antara, ini adalah cara Pak Lurah supaya anaknya Gi'an bisa ikut pertandingan dan menjadi wakil kapten. Apalagi ketua Musyawarah Kelurahan adalah adik ipar dari Pak Lurah, alias paman dari Gi'an.
Dan benar saja, Musyawarah Kelurahan memutuskan peraturan pertandingan diubah, aturan batas umur bisa diabaikan, jika peserta pertandingan pernah atau sedang menjabat ketua panitia pada salah satu acara di kelurahan. Gi'an yang saat itu memang sedang jadi ketua panitia acara lomba menggambar, otomatis bisa ikut bertanding.
Lalu terbentuklah kesebelasan Paling Gagah, disingkat PG, yang dilatih khusus oleh Pak Lurah, dengan Prakonco, kepala bagian keamanan kelurahan sebagai kapten dan Gi'an sebagai wakil kapten. Kantor Panitia Umum pun harus menerima pendaftaran kesebelasan ini, karena apa-apa yang telah diputuskan oleh kantor Musyawarah Kelurahan bersifat wajib dilaksanakan dan tidak bisa dibantah.
"Ah, cuma anak kecil, biarkan saja, mana bisa main?" , kata Eyang Putri Mejah dalam hati. "Biarin aja, entar juga kapok!"