saat kesedihan mengeringkan hati
kalbu remuk dihantam cobaan,
di menggigilnya malam, mata terseret, tak terpejam
dan marah yang membakar pikiran
mata menyala di dengus nafas api angkara, hanguskan kejernihan, pembalasan menjadi keharusan?
atau, kala datang suka cita,
degup-degup pongah mengisi dada, berlebih-lebih bangga, pamer hingga ujung semesta.
urat nadi dialiri perayaan dan pesta pora, lupa segala!
aku ini apa?
sekedar binatang dengan sedikit isi kepala
tak lebih dari hewan dengan seonggok empati, lemah !
aku ingin belajar kepada bunga-bunga
tertunduk lemah saat muram hujan tiba
tapi berseri seketika, bahkan sebelum mentari hadir dengan sinar pertamanya.
atau pada angin yang murka
mengamuk di darat juga samudera,
tapi mampu reda, serta-merta tanpa harus dibujuk dan diminta.
juga pada keriangan pagi
gembira-ria burung-burung bersuka
toh mampu berhenti seketika, seiring bergegasnya surya.
sebab aku ini apa?
sekedar menumpangi alam
tak patut berlarut kesedihan, bergemuruh marah tak berkesudahan, atau mabuk gembira berkepanjangan!
ya, aku ini apa?
sekedar noktah kecil di antah-berantah
tak lebih dari satu huruf dari jutaan karya prosa
maka, aku akan menunduk dalam syukur,
pada setiap tobat dan doa, di malam hening, saat Alam Raya bicara:
"sebab insan yang sempurna, bukankah justru terletak pada ketidaksempurnaannya?"