Aku sebenarnya ingin diam
Mencari ruang untuk menghanguskan dendam
Tapi kau tak berhenti melukiskan kelam, semakin hitam, legam!
Dan lihatlah
kebohongan kau balut darah
Lalu kau jual kebencian pada kemarahan di kosongnya kepala
Tanah ini, hasil olah pendahulu jaya
Merdeka di atas aneka raga, bersatu di atas ragam jiwa
Tidak untuk kau belah dengan dusta demi dusta
Air ini, tetesan darah kusuma bangsa
Mengalir di dalam dada, mengendapkan luhurnya budaya
Jangan kau keringkan dengan sumpah serapah
Dan udara ini, mengapa terus kau racuni
Dengan tuduhan-tuduhan tanpa bukti
Membuat sesak nafas Ibu Pertiwi?
Wahai taruna
Untuk apa membuat wasiat
Jika isinya fitnah dan khianat?
Duhai perwira
Pantaskah memaksa
Dengan memperdaya jiwa-jiwa tak berdaya?
Aku sebenarnya ingin diam
Mencari waktu merenung di tiap-tiap malam
Mendoakan negeri selamat dari tangan-tangan kejam
Dari hati mereka yang gelap dan hitam
Jakarta, 15 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H