gugusan pegunungan, seolah baru bangkit dari dasar lautan, seperti ombak yang berkejaran, atau serupa pertapa-pertapa yang mestinya telah lama melepaskan keduniawian.
entah berapa abad berlalu, pertapa-pertapa berselimut mega duduk membatu, merafal doa dan puja pusaka, mengawal singgasana nusa, menunggu kembali Sang Raja
tapi siapa yang peduli? sedang nun di bawah sana, punggawa sibuk sendiri mengisi pundi, membiarkan jelata terpaksa menjual murah hasil tani, bahkan harga diri, atau berebutan untuk mencuri, sebab kebaikan sudah lama tidak datang hampiri, sebab diam berarti memilih mati.
sementara ini, pertapa-pertapa bijaksana, terus-menerus memantas diri, mengudap persembahan dan puja-puji, dari penjuru negeri. dan aku, dari sini, dari ketinggian tiga puluh lima ribu kaki, aku terpaksa hanya mampu bersedih.
Di atas Jawa Tengah, 6 Februari 2019.