Menekuk lutut di bawah rindang kelapa
Menggurat tanah melukis sebuah wajah
Lembut belai angin sejuk
Membawa lelap membunuh kantuk
Di sini dulu pundaknya dipeluk
Diceritakan tentang ombak dan laut
Senyum yang mengembang di mata terpejam
Dulu, sebelum semua berubah kelam
Di sini, di bawah rindang kelapa
Diajari membaca angin, bintang juga purnama
Air bening gulirkan pasir dari pipi belia
Ingat semua, sudah tak lagi sama
Cubitan semut membuka mata
Menekuk lagi lutut di bawah rindang kelapa
Kembali menggurat tanah melukis sebuah wajah
Wajah sang guru panutannya, ah…….tak juga bisa!
Lalu bangkit menantang laut
Derai tatap di tiap gulung ombak pecah
Pilu hati sakit, lantang tanpa sahut
Wahai samudera, kapan kembalikan ayah?
Jakarta, 14 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H