Lihat ke Halaman Asli

Ripkul Ridho

mahasiswa

Healing bagi Generasi Z

Diperbarui: 4 Juli 2024   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar belakang healing meliputi pengungkapan kaitan antara self healing dan stres. Proses self healing membantu mempercepat penyelesaian masalah psikologis dengan menggunakan teknik intropeksi olahraga, berserah diri kepada Tuhan, dan kegiatan relaksasi dan refleksi. Louis Proto menjelaskan bahwa kekuatan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan, rasakan, katakan, dan lakukan.

Gen Z, juga dikenal sebagai Zoomer, adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka adalah generasi pertama yang tumbuh dengan teknologi digital yang sangat maju, seperti internet, media sosial, dan smartphone. Generasi ini dikenal dengan karakteristik seperti melek teknologi, kreatif, menerima perbedaan, peduli terhadap masalah sosial, dan senang berekspresi. Namun, mereka juga memiliki kekurangan seperti FOMO (Fear of Missing Out) dan kebiasaan bergantung pada teknologi yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.

Generasi Z sering disebut mental lemah karena mereka hidup di serba canggih, beda dengan jaman dahulu yang harus dikerjakan secara manual. Jadinya beberapa dari mereka malas dan terlalu memanfaatkan teknologi. Mereka hidup di zaman media sosial dengan eksposur dan gengsi yang tinggi sehingga menyebabkan sering terjadi nya insecure, iri, dan fomo.

Kesinambungan healing dengan Gen Z berhubungan dengan peningkatan kebutuhan akan kesehatan mental dan emosional di kalangan generasi ini. Dalam era teknologi digital yang sangat maju, mereka dipengaruhi oleh tekanan sosial, stres, dan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.

Healing, yang awalnya berarti penyembuhan, kini diartikan sebagai upaya untuk menyenangkan diri dan mendapat kebahagiaan. Dalam konteks psikologi, healing berarti proses penyembuhan mental,sedangkan dalam konteks umum, healing berarti upaya untuk melepas penat dan mendapatkan keseimbangan hidup.

Healing sendiri memiliki arti yang sama dengan terapi, terutama tentang diri kita yang secara dramatis mempengaruhi kehidupan kita. Hal yang membedakan jiwa yang satu dengan yang lain adalah tingkat kesadaran. Jiwa yang sehat atau sakit dapat dibedakan dari pola pikir dan perilaku orang tersebut.

Proses healing tidak harus dilakukan dengan datang ke konser, staycation di Bali, atau aktivitas lainnya yang mengarah pada gaya hidup hedonisme. Pada dasarnya, healing sendiri adalah proses penyembuhan dan penerimaan diri yang membutuhkan waktu.

Gen Z selalu aware dengan kesehatan mental mereka sehingga sering kali ingin melakukan healing sebagai cara untuk mengatasi stres, depresi, dan kecemasan yang mereka alami. Penyebab generasi Z ingin healing terus adalah karna kondisi perekonomian yang sejahtera sehingga mereka mampu untuk melakukan healing, media sosial banyak yang merubah kehidupan, teknologi, dan kesehatan mental. Dengan demikian faktor tersebut membuat mereka lebih sensitif dan membutuhkan healing untuk mengatasi trauma dan stres.

Definisi sembuh dalam kesehatan mental bukan berarti sembuh seutuhnya, melainkan bisa lebih terkendali. Cara healing setiap orang pun bisa berbeda. Yang terpenting dari proses ini adalah mengajak diri sendiri berkomunikasi. Jadi, setiap generasi pasti membutuhkan healing. Mereka memiliki coping stress masing-masing yang bisa berbeda. Mengingat tantangan setiap generasi pun juga tidak bisa disamakan.

Generasi Z menggunakan berbagai cara untuk healing, seperti meditasi, yoga, journaling, me time dan olahraga. Healing juga menjadi bagian dari budaya digital, dengan banyak orang Gen Z berbagi pengalaman healing mereka di media sosial.

Cara lain generasi Z melakukan healing dengan menyempatkan waktu untuk melakukan hobinya atau hal yang disukai dan membuat bahagia, menjaga kesehatan badan dengan cara olahraga, healing dengan relaksasi yang tepat, fokus pada apa yang dihadapi, dan menerima seluruh emosi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline