Lihat ke Halaman Asli

Ripki Muhammad

Karyawan Swasta

Analisis Sosiologi Kriminal dalam Kasus Pembunuhan Berantai di Bekasi

Diperbarui: 23 Januari 2023   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia pemberitaan akhir-akhir ini mungkin diisin dengan kejadian-kejadian yang menarik perhatian orang banyak. Dari dunia mulai tampaknya vonis-vonis dalam drama "Sang Jendral dan Ajudannya" sampai kedigdayaan Arsenal dalam lanjutan Priemer League. Namun, yang tak kalah menarik adalah kasus dimana orang tega membunuh orang-orang dekatnya termasuk istri dan anaknya sendiri. Tidak berhenti disana, penyelidikan per-tanggal 20 Januari menguak bahwa jumlah korban yang dibunuh mencapai 9 orang.

Dia lah Wowon Erawan alias Aki sang konseptor sekaligus eksekutor dalam perkara ini. Menurut aparat kepolisian, Wowon yang menganut semacam aliran supranatual ini melakukan perbuatan keji yang diawali dengan embel-embel kekayaan dan kejayaan pada korbannya. Lalu apa yang menyebabkan Wowon begitu tega dan berani untuk melakukan perbuatan keji seperti itu? bagaimana Sosiologi Kriminologi memandang hal tersebut?

Dalam  sosiologi ada yang dimaksud dengan paradigma perilaku sosial. Paradigma ini beranggapan bahwa manusia akan berprilaku apapun secara berulang dikala perilaku tersebut mendapatkan sebuah apresiasi. Apresiasi disini sifatanya adalah keuntungan bagi si pelaku baik secara materil maupun non-materil.  

Menurut George Casper Homans, manusia pada dasarnya bergerak berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Jadi, dalam pandangan sosiologi, Wowon melakukan ini karena merasa akan diuntungkan dikala melakukan pembunuhan berantai tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan Wowon bahwa motif dia melakukan pembunuhan berantai tersebut, diantaranya adalah untuk menghilangkan barang bukti dan tetap menyembunyikan praktek supranatural yang berujung pembunuhan tersebut. Wah, keuntungan yang mengerikan bukan?

Selanjutnya, dalam kacamata kriminologi kejadian ini disebut dengan Definitions favorable to crime. Menurut Teori ini, dari sudut pandang prilaku kejahatan dipandang bukan menjadi suatu yang buruk. 

Melainkan sesuatu yang memberikan keuntungan bagi dirinya dan orang yang ia bunuh. Menurut Teori ini, kebanyakn faktor yang menjadi landasan dia mempunyai fikiran demian adalah karena adanya nilai-nilai eksternal ekstrim yang dia anut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline