Lihat ke Halaman Asli

Dongeng Jari

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sudah jadi tradisi setiap Jumat seperti hari ini, si Jempol mengumpulkan ke 4 adiknya si Telunjuk, si Tengah, si Manis, dan si Kelingking, untuk menceriterakan apa yang telah dikerjakan masing-masing dalam seminggu ini.

Si Telunjuk memulai berceritera. Aku berurusan dengan tahta; aku berhasil melayani warga masyarakat dengan baik; semua puas dan senang atas layananku. Satu-satunya kesalahan yang kuperbuat adalah mengambil 1 hari kerja untuk diriku sendiri...

Si Tengah menyusul. Kalau aku berurusan dengan cinta, dan seminggu kemarin berhasil memberi kasih sayang kepada keluargaku. Satu-satunya kesalahan yang aku perbuat, lupa memberi hadiah istimewa tanda kasih kepada isteriku, yang telah menjaga dan memelihara keluargaku, anak-anakku, ...termasuk aku!

Si Manis berikutnya. Akulah yang memikirkan harta. Seminggu ini aku mengelola dan memelihara imbalan jerih payah kerja saudaraku, uang, dengan baik. Aku senang melihat jumlahnya kian bertambah, senang menatap warnanya yang kuning kemilau keemasan. Satu-satunya kesalahanku, lupa membersihkan yang berwarna abu dan hitam.

Si Kelingking giliran terakhir. Kalau saudaraku si Telunjuk, Tengah, Manis, bertugas mengurusi duniawi, maka tugasku mengurusi akhirati. Kalau tugas mereka bertiga adalah bekerja, maka tugasku berdoa, agar minggu esok lebih baik dari minggu ini, dan, mensyukuri atas segala yang telah diperoleh selama ini. Kesalahanku, masih sering alfa.

Si Jempol mengangguk-anggukan kepalanya. Aku bangga mendengar cerita kejujuran kalian terhadap kesalahan diri sendiri. Dalam menjalani hidup ini kalian semua harus bersatu, saling mendukung, dan dalam bertugas senantiasa dilandasi dengan memberi perhatian, melayani, dan memelihara suara hati.

Lakukan ketiga tugas duniawimu dengan baik, carilah dan dapatkan tahta, cinta, harta itu,tetapi jangan lupa akhirati! Suara hatimu panduannya; dengarkan, ikuti dia, karena dari suara itulah hidup kita menjadi lebih berwarna dan bermakna.

Keempat jari lalu bersujud merunduk dan melipatkan dirinya di atas telapak tangan; angkat jempol tinggi-tinggi! Jempolan!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline