Lihat ke Halaman Asli

Nova Rio Redondo

#Nomine Best Student Kompasiana Award 2022

Ketika Saya Merekrut Anggota KKN dengan Kocak

Diperbarui: 9 Mei 2024   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN Desa Penyagkringan 2023 | Dokpri

Sudah hampir satu tahun lalu sejak tulisan ini dibuat saya melakukan kegiatan KKN. Saya mengingat banyak hal tentang apa saja yang saya dan teman-teman saya lakukan selama KKN, entah itu dari awal perekrutan sampai akhir perpisahan.

Karena terlalu banyak momen kocak selama KKN maka akan saya bagikan pengalaman kocak yang paling awal terlebih dahulu, yaitu saat perekrutan anggota KKN. Beginilah ceritanya;

Awalnya kabar resmi dari kampus tentang KKN belum resmi keluar, tetapi para mahasiswa dikampus tempat saya belajar sudah sibuk mencari anggota KKN lewat media sosial, bahkan banyak juga yang langsung merekrut secara face to face.

Pada awalnya saya merasa tenang, karena saya sudah memiliki kelompok KKN yang mayoritas adalah teman kelas saya sendiri dan saya juga memiliki plan B untuk mengikuti KKN misi khusus bersama teman saya yang lain, jika plan A saya rasa tidak sesuai.

Singkat cerita saja. Setelah saya berpikir dan berdiskusi kepada kakak tingkat, saya memutuskan untuk keluar dari kelompok KKN yang mayoritas berisi teman kelas saya sendiri. Faktor paling besar yang membuat saya mengeluarkan diri adalah, karena terlalu banyak "pasangan" dalam kelompok tersebut.

Tapi secara bersamaan plan B yang saya harapkan juga sirna. Dikarenakan jumlah kelompok dari KKN misi khusus sudah penuh. Dari dua kejadian tersebut resmi sudah saya tidak memiliki kelompok KKN.

Beberapa hari kemudian saya bertemu dengan dua orang teman saya (satu teman kelas, satu teman UKM) untuk memabahas tentang tentang merekrut anggota atau bergabung dengan tim KKN lain yang anggotanya masih kurang.

Sedikit info: Kampus yang saya tempati memiliki proporsi mahasiswi yang lebih banyak dari pada mahasiswa. Mungkin selisihnya 70% berbanding 30%. Atau mungkin lebih dari 70%.

Jadi mahasiswa di UIN tidak terlalu memikirkan bahwa dirinya tidak akan memiliki kelompok KKN. Dengan memanfaatkan jumlah proporsi tersebut maka kami bertiga memutuskan untuk bergabung dengan anggota KKN lain yang anggotanya masih kurang dari pada harus membuat kelompok baru.

Disinilah momen kocak terjadi. Kami mencari info perekrutan di media sosial. Dan yang benar saja, ada banyak sekali pamflet perekrutan KKN yang membutuhkan anggota laki-laki. Bahkan hampir semua pamflet membutuhkan member laki-laki.

Mulai dari sanalah kami berpikir bahwa laki-laki di UIN Walisongo Semarang saat itu adalah sebuah berlian sekaligus raja yang sedang dicari-cari oleh rakyatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline