Lihat ke Halaman Asli

Nova Rio Redondo

#Nomine Best Student Kompasiana Award 2022

Tidak Perlu Bunuh Diri untuk Merasakan Mati

Diperbarui: 28 Februari 2024   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Orang Frustasi | medlineplus.gov

Judul tulisan saya kali ini mungkin yang paling ngeri. Dari judul pasti pembaca sudah mentafsirkan banyak sekali hal yang berkaitan dengan nilai negatif kan?

Dari situ bisa dijadikan refleksi tentang pengalaman manusia dalam menghadapi keputusasaan, kehampaan, atau perasaan terpuruk yang begitu dalam sehingga mungkin membuat seseorang merasa seperti "mati" secara emosional atau rohani.

Judul ini juga bisa untuk menyoroti pentingnya kesehatan mental dan kesadaran akan nilai hidup yang lebih besar dari sekadar kesulitan yang kita hadapi.

Tentu saja ini bukan membicarakan tentang koma, dimana kondisi medis yang dapat membuat seseorang terlihat mati namun masih tetap hidup.

Apalagi berbagi tutorial untuk melakukannya seolah telihat koma. Wkwkwk. 

Tenang saja, saya tidak akan membagikan tutorial cara bunuh diri tapi tidak merasakan mati. Karena mungkin teman-teman sudah pernah di fase itu. Mungkin ada juga yang berkali-kali.

Ada yang bilang "kematian sebenarnya adalah saat kita dilupakan" itu mungkin memang benar, tapi semua itu juga tergantung seberapa dalam hubungan antara dua insan yang saling berkaitan.

Tidak perlu bunuh diri untuk merasakan mati mungkin bisa dibilang hidup tapi mati. Entah pikirannya yang mati, perasaan, tujuan, harapan, atau malah semuanya yang mati.

Dari segi fisik orang tersebut memang masih hidup namun merasa kehilangan makna atau tujuan dalam hidup, manusia yang mengalami kondisi ini mungkin merasa terisolasi, kehilangan minat pada aktivitas yang mereka sukai, dan merasa putus asa atau kehilangan harapan.

Seseorang tidak perlu bunuh diri untuk merasakan mati. Faktor seperti tekanan sosial, trauma psikologis, kehilangan yang mendalam, atau masalah kesehatan mental seperti depresi itu sudah lebih dari cukup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline