Lihat ke Halaman Asli

Nova Rio Redondo

#Nomine Best Student Kompasiana Award 2022

Ternyata Diaryku Berbeda dengan Orang Lain

Diperbarui: 22 September 2023   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya atlas biasa yang dulu sering ku bawa | Dokpri

Diary atau yang jika dibahasa Indonesiakan berarti buku harian. Walaupun sekarang ini saya tidak memiliki diary yang berupa cetakan buku, tapi setidaknya masih terdapat beberapa buku pelajaran dari SD sampai SMK yang jika dibuka seolah mengingatkan kejadian dimasa itu.

Saya heran mengapa beberapa buku tersebut masih ada hingga saat ini, padahal sudah beberapa kali buku-buku pelajaran semacam itu dirongsokan bahkan ada juga yang terkana banjir.

Dulu saya selalu ingin membuang buku-buku tersebut secepatnya karena jumlahnya yang terlalu banyak dan memakan banyak tempat disudut ruangan, selain itu tidak enak dipandang mata.

Keinginanku membuang buku-buku tersebut tidak semudah yang saya pikirkan karena selalu ada Ibu saya yang menahan agar tidak terlalu terburu-buru membuang sesuatu, Ibuku selalu berpikiran siapa tau nantinya buku-buku itu masih dibutuhkan.

Walaupun sudah ada banyak buku yang dirongsokan tetapi masih ada beberapa buku yang sampai saat ini masih ada dan jika saya membuka buku tersebut selalu membayangkan kejadian yang rasanya tidak mungkin terulang kembali.

Dari situ kemudian saya sadar, ternyata perkataan ibuku ada benarnya juga. Andai saja dulu aku sempat memilih-milih buku yang akan dibuang pasti akan terdapat banyak hal yang saya ingat dimasa-masa tersebut.

Atlas Legend | Dokpri

Diary  yang paling membekas yang saya miliki saat ini adalah berupa atlas, bukan buku diary pada umumnya. Karena buku atlas tersebut merupakan buku yang paling sering saya bawa ketika SD selain buku mata pelajaran lain.

Dulu saya sering bermain bersama dengan teman saya dengan atlas tersebut. Bahkan sampai saat ini saya masih hafal bentuk sebuah negara didunia dan beberapa provinsi di Indonesia hanya dengan melihatnya secara sekilas.

Bukan cuma itu, bahkan Ibukota sebuah negara, bendera, dan letak benuanya saya masih mengingatnya sampai saat ini, termasuk juga kota-kota besarnya.

Terkadang saya dan teman-teman saya juga mencoret-coret atlas tersebut dan menuliskan sesuatu didalamnya. Atau bahkan menggunakan atlas tersebut sebagai pedang atau teropong, ya tentunya itu hanya pedang dan teropong yang tidak berfungsi semestinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline