Bagi sebagian orang pasti sudah pernah melihat budaya duduk jepang yang tegak dengan posisi lutut rapat dan menyentuh lantai dengan pergelangan kaki ditekuk kearah belakang, kurang lebih begitu.
Posisi duduk semacam itu di Jepang biasa disebut dengan nama seiza. Sikap duduk ini sering digunakan dalam berbagai situasi di Jepang, termasuk meditasi, upacara budaya, dan acara formal.
Posisi ini membutuhkan fleksibilitas dan kekuatan di kaki dan pergelangan kaki, posisi duduk tersebut sering dilakukan di sebuah lantai matras tradisional Jepang, atau sebutannya adalah tatami.
Menurut wikipedia, seiza ( atau , artinya "duduk sejati") adalah cara duduk tradisional nan formal di Jepang. Untuk duduk dalam gaya seiza, seseorang mula-mula harus berlutut di lantai, kemudian melipat lutut di bawah paha, sambil menempatkan pantat di atas tumit.
Dalam konteks budaya tradisional Jepang. Postur duduk tegak dianggap penting untuk menunjukkan sopan santun, disiplin, dan penghargaan terhadap lingkungan sekitar.
Duduk tegak juga umum dalam upacara teh Jepang dan meditasi. Dalam kedua praktik ini, postur tegak memainkan peran penting dalam mencapai ketenangan pikiran dan fokus yang diperlukan.
Jika dilihat dari sudut pandang kesehatan, duduk dalam posisi Seiza dapat membantu memperbaiki postur tubuh, meningkatkan keseimbangan, memperkuat otot inti, dan meningkatkan fleksibilitas di area panggul, lutut, dan pergelangan kaki.
Usut punya usut Seiza diyakini berasal dari praktik duduk di Tiongkok pada zaman kuno. Gaya duduk serupa dengan lutut ditekuk dan kaki ditekuk ke belakang juga ditemukan dalam seni dan budaya Tiongkok.
Gaya duduk ini kemudian diperkenalkan ke Jepang dan diadopsi sebagai bagian dari tata krama dan etiket Jepang.
Seiza semakin diterima secara luas dan menjadi bagian penting dari budaya Jepang selama zaman Edo. Selama periode ini, seiza menjadi sikap duduk yang umum di kalangan masyarakat Jepang, dan penggunaannya meluas ke berbagai situasi.