Lihat ke Halaman Asli

Rio Pale

Penulis Cinta Lahir di Taman Bunga (2017) dan Melukis Sang Nabi (2018)

Menonton Farha

Diperbarui: 14 Desember 2022   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Sebagai orang yang berkutat dengan informasi seputar Palestina, judul film ini kerap muncul ketika saya berselancar. Apa pasal? Film ini bukan sekadar tentang Palestina tapi juga digarap dengan serius. Ditambah, tayang di netflix.

Film ini bercerita tentang tragedi Nakbah Palestina 1948. Nakbah secara literal dalam bahasa Arab berarti bencana. 1948 adalah tahun ketika para pengungsi yahudi yang datang perlahan berabad-abad silam menyatakan pendirian negara israel. Bukan semata eksistensinya, tapi harga yang harus dibayar zionisme itu yang membuatnya menjadi bencana bagi kemanusiaan.

Film yang berdurasi 1 jam 31 menit ini merekam tragedi Nakbah dari kacamata seorang gadis berusia 10-12 tahun. Ia bernama Farha. Gadis muda itu cerdas, membujuk ayahnya agar bisa sekolah di Kota. Belum sampai merantau, invasi zionis baru saja terjadi. Kurang lebih begitulah sinopsisnya jika kita baca lewat mesin pencarian. Tenang, isi cerita sepenuhnya tidak bocor dengan sinopsis itu.

Menonton Farha berarti merasakan horor yang diterima oleh warga Palestina pada tahun tersebut. Penggambilan gambar yang apik membuat kita betah bertahan. Ceritanya sederhana, tapi intens. Realis, dan tak disangka-sangka: berdasarkan kisah nyata. Melalui Farha kita dapat membayangkan suasana desa di Palestina sebelum negeri para Nabi tersebut dijajah israel seperti sekarang.

Hal lain yang berhak dapat pujian kita adalah aktris Karam Tahir. Eksplorasinya atas karakter Farha patut diacungi jempol. Hanya lewat mimik atau bahkan helaan nafas kita bisa tahu seperti apa watak Farha.

Film ini memuat pesan kompleks dengan cerita yang terfokus. Gadis kecil merasakan dunianya sebagaimana orang kini membaca dalam sejarah. Untuk dikatakan drama, film ini mengandung adegan "horor" yang porsinya cukup membuat saya sadar; betapa kejamnya peristiwa Nakbah. Meski akan bisa dinikmati secara leluasa oleh orang dewasa, sudut pandang seorang gadis polos masih sangat terasa. 

Saya diam beberapa menit setelah menonton. Sebab baru saja berbagai hal berikut mampir di pikiran saya: keceriaan, semangat hidup, perlawanan, kekejaman serta kegetiran telah dirangkum dalam satu setengah jam yang singkat. Ada adegan panjang yang berpotensi melelahkan, tapi dengan bersabar kita bisa menikmati emosi yang sedang disuguhkan.

Bisa dikatakan 2022 adalah tahun kemenangan bagi Palestina di jagat sinema. Selain series Mo yang komedi, Farha melengkapi kehadiran Palestina di dunia perfilman. Jika sampai kapalan otak kita selama ini dijejali film-film barat dengan propagandanya, kali ini fakta dan tragedi kemanusiaan dengan jelas dipertontonkan. Karya seni adalah nutrisi bagi nurani. Jika dunia bersepakat melawan nurani dengan penjajahan, maka film dapat menempatkan kebenaran sebagaimana mestinya di hati kita.
___

Rio Pale | Bandung, 14 Desember 2022
catatan: sejak awal desember, israel memprotes kehadiran Farha di Netflix. Menurut israel, Farha telah memberikan gambaran yang salah tentang Nakbah. Sementara itu, beberapa hari lalu israel menembak seorang gadis berusia 16 tahun yang duduk di pelataran atap rumahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline