Lihat ke Halaman Asli

Mencari karyawan lebih susah daripada mencari kerja

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila dilihat dari angka pengangguran di Indonesia ini ternyata banyak juga jumlah penduduk Indonesia yang menganggur baik itu yang dari lulusan S1, D3, D2, D1, SMA, SMP, SD, dan sebagainya. Bila ditanya ke orang, pasti alasannya adalah jaman sekarang susah mencari pekerjaan karena harus sarjanalah, kurangnya lahan pekerjaan lah, dan sebagainya. Tapi apa kita tau bahwa ternyata mencari karyawan itu lebih susah daripada mencari pekerjaan ? lho kok bisa ? Nah sekarang coba kita berpikir lagi, jaman sekarang berapa banyak pegawai yang bisa bertahan lama di suatu perusahaan ? fenomena yang terjadi saat ini adalah sering sekali dijumpai karyawan-karyawan yang berpindah-pindah perusahaan bak kutu loncat dengan alasan rumput tetangga lebih hijau. Perusahaan sudah susah-susah mentraining eh pindah lagi, sudah dipromosikan eh pindah juga. Akhirnya yang pusing adalah perusahaan karena harus mencari lagi karyawan yang sesuai dan berkompeten dan pastinya bisa bertahan lama. Saat pencarian / proses rekrutmen karyawan ternyata tidak gampang juga. Ada yang pintar dan berkompeten, eh ternyata permintaan gajinya tidak cocok. Ada yang permintaan gajinya cocok, eh ternyata kompetensinya tidak cocok. capek deh. Apalagi kalau kita mempunyai cabang perusahaan di luar Jawa, saingan terberat kita dalam rekrutmen karyawan adalah PNS dan Bank. Pemikiran orang-orang di luar Jawa masih menjadikan PNS sebagai tujuan utama dalam bekerja karena kerja nyantai dan dapat pensiun. Kalau bank juga menjadi pesaing terberat kedua setelah PNS karena bank berani dalam memberikan penawaran gaji. Akhirnya perusahaan-perusahaan yang tidak terlalu besar kalah bersaing dengan PNS dan Bank.  Hanya itu ? tentu tidak ! apabila kita seleksi CV dari pelamar kerja, pasti kita akan terkagum-kagum dengan banyaknya IPK (S1) pelamar kerja yang rata-rata 3 koma ke atas. Tapi setelah diinterview, ternyata pelamar kerja tidak bisa komputer dan bahasa Inggris. Lha terus mengerjakan skripsinya bagaimana ya kalau tidak bisa office yang merupakan standard program jaman sekarang ? kok bisa bahasa Inggrisnya dapat A atau B ya? Yah beginilah hidup. Pasti ada tantangannya. Tapi setidaknya kita juga patut bersyukur bahwa kita masih bisa bekerja dan alhamdulillah lagi kalau bisa memperkerjakan orang lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline