[caption caption="source : tempo.co"]
[/caption]Akhir-akhir ini pedagang daging sapi dan ayam jadi primadona karena menjadi pemberitaan di berbagai surat kabar. Penyebabnya adalah peningkatan harga kedua bahan tersebut secara tajam, bahkan daging sapi mencapai harga Rp130.000/kg dan daging ayam Rp40.000/ekor di beberapa daerah. Kondisi tersebut membuat konsumen mengurungkan niat untuk membeli, sehingga pedagang mengalami kerugian yang sangat besar. Kesal dengan kondisi tersebut maka para pedagang memutuskan untuk mogok berjualan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah untuk segera menyelesaikan permasalahan ini.
[caption caption="pic source : merdeka.com"]
[/caption]Kenaikan harga diakibatkan angka supply bahan yang tidak bisa memenuhi demand di pasaran. Sesuai hukum ekonomi, bila ketersediaan barang rendah maka harga akan tinggi, begitupun sebaliknya. Beberapa menyebut bahwa ini adalah permainan kartel ataupun ada unsur penimbunan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Sebetulnya kerugian akibat kondisi ini dirasakan oleh berbagai pihak bukan hanya dari pedagang daging tapi juga para pelaku usaha rumah makan yang menyajikan menu daging sapi atau ayam. Terjadi kondisi dilematis dalam menentukan harga, pelaku usaha perlu menaikan harga hidangannya untuk menutupi biaya produksi yang meningkat, namun di sisi lain konsumen akan berpikir dua kali untuk membeli. Konsumen pun rugi karena kebutuhan akan konsumsi protein hewani tidak dapat terpenuhi, padahal protein hewani adalah zat yang mutlak dibutuhkan untuk perkembangan tubuh dan untuk menjaga keseimbangan dalam sistem saraf pusat.
Sinyal untuk segera membenahi sektor peternakan
Kondisi ini sebetulnya bisa menjadi sinyal kuat untuk pemerintah agar segera membenahi sektor peternakan. Pemerintah harus mengambil perhatian yang besar untuk segera menyelesaikan penyediaan bahan tersebut. Memang ini adalah masalah yang kompleks, mulai dari ketergantungan impor bahan pakan, penyediaan bibit yang masih rendah, sistem pemasaran yang belum tertata rapi dan terlalu panjang, regulasi yang tidak jelas dan tidak menguntungkan pelaku usaha, dan infrastuktur yang belum mendukung, semuanya perlu dibenahi segera. Perlahan tapi pasti pemerintah pasti bisa mengatasi hal ini asal ada terobosan program-program yang solutif dan dieksekusi dengan sebaik-baiknya.
Pemerintah jangan asal-asalan dengan sektor peternakan. Presiden pertama kita Ir. Soekarno pernah berkata “Urusan pangan adalah urusan hidup dan matinya bangsa indonesia” oleh karena itu, mau tidak mau kedaulatan pangan suatu negara harus selalu berdiri tegak atau negara ini akan “mati” karena kebutuhan pangannya hanya bisa dipenuhi dari negara lain. Semoga permasalahan ini menjadi momentum untuk pemerintah agar lebih fokus pada sektor kedaulatan pangan sehingga dengan perlahan Indonesia tidak bergantung terhadap impor dan Indonesia menjadi negara yang berdaulat pangan, semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H