Barangkali tak ada satupun politisi di Indonesia yang dapat mengimbangi Probowo Subianto tentang konsistensi perjuangan dalam Pilpres. Kalau kita menyertakan keikutsertaannya dalam Konvensi Capres Golkar menjelang Pipres 2004, maka Prabowo telah berjuang untuk memenangi kontestasi Pilpres sebanyak 4 kali.
Sesungguhnya, dari segi logistik dan infrastruktur politik (partai dan organisasi) Prabowo termasuk politisi yang paling siap untuk bertarung dalam Pipres.
Namun, ada kekurangan mendasar yang menjadikan perjuangan Prabowo belum membuahkan hasil maksimal. Prabowo memiliki peluang untuk menambal kekurangan ini dalam kapasitasnya sebagai salah satu menteri di pemerintahan Jokowi dan dalam kerangka inilah juga kita dapat melihat prospek kementerian yang akan dimpimpinnya.
Kekurangan tersebut menyangkut pengalaman dalam birokrasi pemerintah. Tidak ada satupun tokoh di Indonesia yang berhasil menduduki kursi presiden atau wakil presiden melalui pemilihan langsung tanpa pengalaman dalam pemerintahan. Track record di pemerintahan sangat penting untuk menumbuhkan memori konkrit masyarakat tetang sosok calon pemimpin.
Kendati Prabowo dalam berbagai segi cukup berhasil membangun citranya sebagai calon pemimpin tegas, nasionalis dan berjiwa partriotik, masih lebih banyak masyarakat yang kesulitan membangun imajinasi positif tentang kepemimpinannya. Tak ada contoh konkrit yang bisa diingat publik untuk membuktikan kebenaran citra yang dibangun tersebut.
Masyarakat tak memiliki ingatan tentang sepak terjang di mana Prabowo membuktikan diri mampu memimpin sebuah lembaga pemerintahan dengan baik, mengambil keputusan tegas demi kepentingan negara, mengambil keputusan pro-rakyat dan berbagai contoh konkrit lain yang dibutuhkan masyarakat untuk menumbuhkan imajinasi positif tentang seorang calon pemimpin.
Ingatan tentang kiprah cemerlang Prabowo di militer mungkin hanya dimiliki orang-orang tua dan itupun sangat terbatas karena narasi kemiliteran bukan santapan sehari-hari masyarakat biasa seperti para buruh dan petani di pedesaan. Jadi hanya masyarakat yang relatif terdidik atau memiliki akses informasi yang memiliki ingatan tentang kiprah purnawirawan militer tersebut.
Sinisme di media sosial terhadap perdebatan para pendukung kedua Capres pada Pilpres yang lampau dapat meringkas dengan tepat kekurangan mendasar Prabowo akibat absennya track record di pemerintahan.
Disebutkan bahwa pendukung Jokowi sibuk menunjukkan kelebihan Jokowi dan pendukung Prabowo sibuk menunjukkan kekurangan Jokowi. Lantas, kapan kelebihan Prabowo dibicarakan?
Menyadari kekurangan ini, Prabowo mencoba mendekatkan dirinya ke masyarakat melalui organisasi-organisasi yang familiar dengan perjuangan masyarakat bawah seperti Himputan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI). Tapi seperti kata para praktisi pemasaran, camera never lies.