Lihat ke Halaman Asli

Mario Manalu

Jurnalis JM Group

SKK Migas Tajir?

Diperbarui: 28 Agustus 2015   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

SKK Migas di mata banyak warga termasuk salah satu lahan basah. Stigma negatif kerap ditempelkan ke lembaga yang sebelumnya bernama BP Migas ini karena dianggap sebagai tempat para mafia meraup uang dari industri minyak dan gas dalam negeri. Benarkah demikian?

Sebelum mengikuti acara nangkring bersama SKK Migas sore ini, stigma negatif tersebut dalam kadar tertentu ada dalam benak penulis. Acara yang dihelat di gedung serba guna SKK Migas tersebut menghadirkan Kabag Humas SKK Migas, Elan Bintoro, sebagai pembicara dengan tema “Kontribusi Sektor Hulu Migas terhadap Indonesia”. Elan Bintoro sukses membuka wawasan para kompasianer sekaligus meluruskan berbagai kesalahpahaman tentang industri hulu Migas dan SKK Migas sendiri.

Industri hulu Migas, sebagaimana diterangkan Elan Bintoro, merupakan salah satu lokomotif perekonomian Indonesia. Sebagai illustrasi singkat, tahun lalu industri ini menyumbang devisa negara sebesar Rp. 300 Triliuan, hanya kalah dengan penerimaan dari sektor pajak. Selain itu, peran vital industri ini dapat juga dipahami dari fakta bahwa lebih 70 persen kebutuhan energi di negeri ini bersumber dari minyak dan gas. Maka sulit membayangkan keberlangsungan industri dan gerak roda perekonomian dinegeri ini tanpa sokongan industri hulu Migas yang memasok engergi. SKK Migas hadir untuk memastikan kontribusi industri hulu Migas tersebut maksimal terhadap negara untuk meningkatkan perekonomian, menjamin pasokan energi domistik dan berbagai sumbangsih lain.

Dari penjelasan singkat di atas dapat dipahami bahwa SKK Migas sesungguhnya bukan lahan basah, karna SKK Migas bukan sebuah industri melainkan pengendali dan pengontrol industri Hulu Migas agar terus memberikan kontribusi maksimal ke negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline