Lihat ke Halaman Asli

Analisis Puisi "Seteguk Lagi" Dari Kacamata Subyektif

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menelaah karya sastra khususnya puisi memang merupakan suatu hal yang sulit. Akan tetapi, bukan berarti puisi menjadi hal yang tabu untuk dapat diukur sejauh mana kedalaman makna atau kualitas puisi tersebut. Puisi adalah tempat pencarian diri oleh si pengarang atau penyair untuk menemukan suatu hal yang diyakini. Setiap pengarang atau penyair tentu mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya didalam menciptakan suatu karya. Setelah karya tersebut dilemparkan ke masyarakat, senang atau pun tidak senang si pengarang atau penyair harus siap merelakan bahwa karyanya sudah bukan milik personal. Setiap orang bebas untuk memiliki interprelasi atau pemahaman yang berbeda dari maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.

Maka dari itu, disini saya akan akan mencoba memberikan apresiasi terhadap sebuah puisi yang dikarang oleh Zulkifli, seorang penyair asal kerinci. Tentu, tidak ada kesalahan jika saya mencoba menganalisis apa maksud dari puisi Zulkifli yang berjudul Seteguk Lagi. Jika analisis saya dirasa tidak menyenangkan maka penyair silahkan angkat bicara.

Bagaimana seorang Zulkifli mengungkapkan tentang Seteguk Lagi. Mari kita simak puisi tersebut.

Seteguk Lagi

Seteguk lagi
kopi ini menjadi ampas
Tak ada lagi yang diminum
Tak hendak juga menyeduh ulang

Berjam-jam lalu
kopi ini aku niatkan sebagai batas
Dari awal yang tak bermula
Untuk akhir yang tak tampak

Niat sudah terucap
Tunai haruslah dijemput
Hingga kini,
Aku belumlah usai

Oh dik,
Bagaimana kata-kata ini akan mengikat
Bagaimana kalimat ini akan berlabuh
Jika rupamu masih saja menampar pelupuk mataku

September 14
Lapau Satu Tigo
Kita memulai mengapresiasi puisi tersebut, dan kita mulai menelaah Seteguk Lagi yang ditulis Zulkifli.

Dari segi bentuk, puisi ini sangat teratur dan rapi dalam segi bentuk. Dan tentu masing-masing penyair tentu mempunyai khas tersendiri dalam segi penulisan.Hal tersebut bukanlah sebuah kesalahan sebab di dalam puisi terdapat kebebasan atau yang lazim kita sebut sebagai Licency Poetica dan hal tersebut merupakan sebuah seni dan kreatifitas tersendiri yang mampu membebaskan pembaca untuk mengapresiasi melalui bentuk tulisan tersebut.

Sesudah menyinggung sedikit dari segi penulisan. Kita mulai lagi menganalisis makna atau pesan yang ingin disampaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline